KOTA, Jawa Pos Radar Madiun – Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan inflasi 0,03 persen di Kota Madiun Februari lalu. Kota ini merupakan satu dari lima daerah yang mengalami inflasi di Jawa Timur. ‘’Tapi terendah dari empat kabupaten/kota lainnya,’’ kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun Dwi Yuhenny, Kamis (3/3).
Inflasi dipicu tarif rumah sakit (RS). Terutama RS swasta. Tarif layanan kesehatan itu memberi andil 0,28 persen. Disusul harga bawang merah 0,06 persen, beras 0,04 persen, kontrak rumah 0,03 persen, tomat 0,02 persen. Sementara, sabun cair atau cuci piring, sampo, pembalut wanita, rokok, dan sepeda motor masing-masing 0,01 persen. ‘’Inflasi di bawah 10 persen masih masuk kategori terkendali,’’ ujarnya.
Dwi menjelaskan, inflasi periode Februari terkerek tarif ruang very important person (VIP) RS swasta. Pun, kenaikan dipicu bertambahnya biaya operasional hingga biaya penambahan ruang perawatan. ‘’Kami mengambil data seluruh RS, sedangkan RS pemerintah tidak mengalami kenaikan tarif,’’ ungkapnya.
Kenaikan tarif masih dinilai wajar jika dilihat dari data tingkat kepuasan, kualitas, dan fasilitas pelayanan RS. Pun, jarang RS menjadi pemicu inflasi di beberapa bulan bahkan beberapa tahun terakhir. ‘’Sedangkan di Januari pemicu inflasi kenaikan tarif kereta api (KA) sebesar 0,44 persen,’’ bebernya.
Di samping itu, tercatat ada beberapa komoditas penekan inflasi alias deflasi. Di antaranya, minyak goreng -0,14 persen, telur -0,13 persen, tarif KA -0,12 persen, dan daging ayam ras -0,09 persen. ‘’Tertinggi migor. Karena gencarnya operasi pasar yang dilakukan pemerintah,’’ jelasnya.
Dwi menerangkan, pihaknya berkomitmen menyajikan data sesuai fakta lapangan. Pun, dapat digunakan pemerintah untuk membuat kebijakan. Pihaknya membuka diri jika dimintai data-data guna mendukung program pemerintah daerah. ‘’Wali kota menggunakan data kami. Kami sangat berterima kasih. Semoga sinergitas terus terjalin,’’ harapnya. (ggi/c1/sat)