KIM Pandan Arum, Kelurahan Pangongangan, Manguharjo, belum lama ini masuk lima besar ajang internasional yang diprakarsai PBB. Ada peran penting sosok bernama Muhammad Yulian Firdaus di balik keberhasilan itu.
———-
BEBERAPA pemuda pagi itu tampak berkumpul di Lapak Balikul, Kelurahan Pangongangan, Manguharjo. Masing-masing fokus menatap layar smartphone dan laptop menyimak materi seputar teknologi digital.
Suasana yang semula hening pun berubah menjadi riuh saat dibuka sesi tanya jawab. Mereka seakan berlomba melontarkan pertanyaan. Mulai soal penggunaan aplikasi editing video dan foto hingga teknologi digital lainnya.
‘’Ini bagian dari program Kartika (Kampung Penggerak Literasi TIK, Red). Kami menggandeng relawan TIK di Kota Madiun sebagai narasumber,’’ kata Ketua Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Pandan Arum Muhammad Yulian Firdaus.
Program itu dirintis Fery –sapaan Muhammad Yulian Firdaus- sejak 2020 lalu. Bermula dari idenya memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk hal-hal positif. ‘’Akhirnya saya usulkan ke kelurahan untuk mengadakan semacam program edukasi,’’ kenangnya.
‘’Temanya berbeda-beda, tergantung sasarannya. Misalnya untuk pelaku UMKM, kami berikan materi mengenai labeling, desain produk, serta seputar foto dan video produk. Keamanan data pribadi dan menangkal hoaks juga kami ajarkan,’’ imbuhnya.
Kini, dalam satu tahun Fery menggelar lima hingga enam pertemuan dan dua kali pameran. Pameran tersebut biasanya menampilkan produk UMKM dan inovasi teknologi warga Pangongangan.
Keaktifan Fery memberikan edukasi seputar teknologi informasi membawanya meraih juara I ajang Anugerah KIM Berprestasi (AKB) tingkat Kota Madiun tahun lalu. ‘’Penghargaan itu membuat kami semakin termotivasi,’’ ucap pria 41 tahun itu.
Di tahun yang sama Fery mendaftarkan Kartika Kelurahan Pangongangan di ajang World Summit on the Information Society (WSIS) Prizes 2023 yang digelar International Telecommunication Union (ITU), salah satu badan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). ‘’Karena ini tingkatnya internasional, proposalnya harus berbahasa Inggris,’’ ujarnya.
Selain mengirimkan proposal, sesuai ketentuan pihak WSIS, pihaknya juga wajib menyertakan link website terkait program inovatif tersebut. Sementara, berdasarkan voting, Kartika mendapatkan sekitar 700 suara hingga masuk lima besar bersama Argentina, Filipina, Tunisia, dan Kenya. ‘’Saya tidak menyangka bisa masuk top 5 kategori enabling environment,’’ akunya. (mg4/isd)