MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Bunga Sinaga tak bisa menahan diri lagi. Setelah lama menimbang, penyedia jasa tukar uang jelang Lebaran itu kembali melapak di depan Pasar Besar Madiun (PBM). Meski pendapatan yang bisa dikantongi tak semanis tahun sebelumnya. ‘’Sepekan awal puasa sebenarnya kami sudah mulai buka lapak, tapi sepi. Akhirnya tutup lagi dan sekarang mulai buka lagi,’’ terangnya kemarin.
Bunga masih ingat besarnya pendapatan yang ditorehkan setiap jelang Lebaran. Tahun lalu, dalam sepekan dia bisa mengantongi keuntungan hingga jutaan. ‘’Biasanya sepekan jelang Lebaran bisa tertukar Rp 10 juta lebih. Hari ini baru tertukar Rp 800 ribu,’’ jelasnya.
Lesunya ekonomi di masa pandemi ini membuat sepanjang jalan protokol kota sepi dari jasa penukar uang. Sebelumnya di Jalan Sudirman ada belasan orang yang menawarkan jasa tukar uang, kini tinggal dua orang. ‘’Saya tetap optimis bisa menjual uang sampai Rp 50 juta sampai malam takbiran, biar dapat bonus,’’ ungkapnya.
Dian Saputri, penyedia jasa tukar uang lainnya, merasakan hal yang sama. Penurunan pendapatan turut dirasakannya hingga menjelang Lebaran ini. ‘’Tahun lalu biasanya yang beli orang-orang desa untuk nyangoni anak-anak dan keponakan saat Lebaran. Tapi sekarang tak banyak lagi yang menukarkan uang,’’ katanya.
Empat hari sudah, Dian kembali melapak di Jalan dr Sucipto. Dia sempat ragu, kemudian mulai menepis perasaan itu setelah melihat temannya mulai melapak di jalan. Hanya itu yang bisa dilakukannya lantaran kantin sekolah miliknya kini tutup lantaran tiada pembelajaran tatap muka. ’’Sudah tujuh tahun cari sampingan jual uang pecahan. Tahun ini paling parah,’’ ungkapnya. (mg3/c1/fin)