KOTA, Jawa Pos Radar Madiun – Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah nasib petani kangkung di Kota Madiun. Mereka tidak saja mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan pupuk. Tapi, juga harga sayur-mayur yang anjlok. ‘’Sangat terasa dampaknya,’’ kata Wasiati, salah seorang petani di Tawangrejo, Kartoharjo, Kamis (22/9).
Sebelumnya, mereka sudah sambat harga pupuk yang naik signifikan. Kemudian disusul efek domino kenaikan harga BBM yang berpengaruh pada biaya produksi. Apalagi, saat ini harga kangkung hanya Rp 500 per ikat. Harga ini dinilai sangat sulit naik. Adapun harga tertinggi hanya Rp 700.
Meskipun biaya budi daya kangkung tidak semahal padi, namun tetap saja butuh pupuk yang nyaris sama dengan padi. Pupuk ZA, misalnya. Naik hingga lebih dari 100 persen. ‘’Saat ini harga pupuk hampir dua kali lipat naikknya. Kadang untuk lebih menghemat kami gunakan pupuk kompos,’’ ujarnya.
Sementara pengeluaran untuk BBM per hari, dulu Rp 20 ribu per hari. Saat ini jadi Rp 30 ribu untuk mengangkut hasil panen. Wasiati hanya berharap ada keseimbangan antara biaya pemeliharaan dan harga jual kangkungnya. ‘’Dengan kondisi seperti ini, keuntungan hanya pas untuk biaya perawatan selanjutnya,’’ ungkapnya. (mg4/c1/sat)