Sosok Teguh Fatkhurrohman ini pantas diteladani. Remaja 17 tahun itu sepulang sekolah nyambi berjualan bakso. Setiap hari dia berkeliling sekitar tempat tinggalnya dengan gerobak menawarkan dagangannya.
==============
NILAM RIFIA SAVITRI, Madiun, Jawa Pos Radar Madiun
JARUM jam menunjukkan pukul 04.30. Teguh Fatkhurrohman bangun dari tidurnya. Setelah salat Subuh, remaja itu beranjak ke dapur untuk membuat gorengan pelengkap isi bakso. Usai mandi, dia bersiap berangkat ke sekolah. ‘’Selesai nggak selesai, jam 06.30 harus berangkat,’’ katanya.
Sepulangnya dari sekolah, sekitar pukul 15.30 Teguh mulai mengayuh gerobak baksonya menuju kawasan Winongo. Mulai Jalan Prajuritan, Kalingga, hingga Ronggo Lawe dijelajahinya. Sekitar pukul 20.00 dia baru beranjak pulang. ‘’Sudah setahunan ini saya jualan bakso,’’ ujar remaja 17 tahun itu.
Aktivitas Teguh berjualan bakso didasari keinginan memiliki penghasilan sendiri. Apalagi, setelah melihat kakaknya sukses menekuni usaha jenis kuliner itu. ‘’Waktu puasa saya ditawari ikut jualan. Akhirnya diberi gerobak buat keliling,’’ tutur warga Jalan Prajuritan ini.
Kali pertama berkeliling, Teguh menyiapkan 50 porsi. Saat pulang hanya menyisakan dua porsi. Dari situ semangatnya berjualan menjadi berlipat. Kini, setiap hari sedikitnya 100 porsi berpindah ke tangan pembeli. ‘’Kalau libur sekolah saya keliling dari pagi sampai malam, bawa 150 porsi,’’ sebutnya.
Pengalaman berkesan dirasakan Teguh saat guru-gurunya mengikuti rapat. Tidak lama setelah pulang ke rumah, dia berganti baju dan langsung mengayuh gerobaknya menuju ke sekolah lagi. ‘’Akhirnya dipanggil guru-guru, dibeli,’’ kenang pelajar kelas XII SMK itu.
Dari hasil jualannya, Teguh mampu memenuhi keperluan sekolahnya sendiri. Mulai SPP, administrasi, uang gedung, dan biaya lainnya. Dia juga bisa membeli handphone dan pakaian yang diinginkan.
‘’Alhamdulillah bisa nabung juga,’’ ucapnya. ‘’Saya ingin mandiri, punya penghasilan sendiri, jadi nggak merepotkan orang tua. Beli apa-apa tidak perlu minta, tapi pakai uang sendiri,’’ imbuh Teguh.
Kendala tentu pernah dialami Teguh. Mulai sulitnya mencari pembeli ketika awal-awal berjalan hingga kehabisan elpiji di tengah jalan. ‘’Akhirnya dipaido orang-orang yang beli, katanya baksonya dingin,’’ tutur Teguh. *** (isd/c1)