29.9 C
Madiun
Sunday, May 28, 2023

5.138 Warga Suspect Tb

MADIUN – Deteksi penderita penyakit tuberculosis (Tb) di Kabupaten Madiun  belum optimal. Dinas kesehatan (dinkes) setempat tak mampu memenuhi target case detection rate (CDR) yang ditetapkan. Dari 70 persen target yang wajib dicapai tahun 2018 lalu, dinkes baru  memenuhi 59 persennya atau 1.103 dari target 1.869.  ‘’Total ada 1.103 penderita yang terdeteksi dan tertangani, 97 persennya sudah sembuh,’’ kata Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Madiun Agung Tri Widodo kemarin (26/3).

Meski mayoritas penderita Tb sembuh, namun pihaknya masih memiliki pekerjaan rumah. Sebab, terdapat 5.138 penderita suspect penyakit menular itu yang berpotensi positif Tb. Hanya saja, masih diperlukan beberapa tes lanjutan untuk mengetahui hasilnya. ‘’Kalau total suspect-nya ada 5.138, targetnya 6.481,’’ ujarnya.

Agung mengungkapkan, suspect Tb terbesar ditemukan di Kecamatan Madiun, Dolopo, Pilangkenceng, dan Caruban. Menurutnya, dari keempat kecamatan itu terdapat suspect dan kasus yang cukup tinggi. Dari data yang sudah dikantonginya, ada puskesmas yang menduduki jumlah suspect dan penderita tertinggi. ‘’Ada yang mencapai dua kali lipat jumlahnya dari yang ditargetkan,’’ tuturnya tanpa menyebut jumlah pasti berapa target dan capaiannya.

Baca Juga :  Sungai Kedung Kanal Meluap, 10 Rumah Tergenang

Agung mengungkapkan, semua penderita Tb mendapatkan pendampingan. Mereka wajib mengambil obat di puskesmas. Jika penderita tidak mengambil obat mancapai dua bulan berturut–turut, maka pihak puskesmas wajib melacak hingga ke rumah. Dia menyebut jika semua penderita wajib meminum obat teratur.  ‘’Selama ini minim kasus seperti itu. Kami terus lakukan pendampingan, obatnya sudah gratis,’’ sebutnya.

Selain pemberian obat, perawatan juga dapat dilakukan di setiap puskesmas. Jadi, penderita tidak perlu pergi ke RS terdekat. Semua puskesmas memang sudah merawat pasien Tb maupun suspect TB. ‘’Sejak suspect sudah kami lakukan pendampingan. Sementara untuk penderita kami lakukan pendampingan selama enam bulan,’’ terang Agung.

Kata dia, laboraturium yang digunakan untuk melakukan tes Tb  tetap dipantau. Lazimnya pemantauan setiap triwulan. ‘’Jika semua baik, kami tetap lakukan antisipasi agar laboratorium tetap baik,’’ katanya.

Untuk 2019 ini, pihaknya menargetkan ada sebanyak 9.636 suspect dapat terdeteksi. Jumlah ini naik dari tahun 2018 yang hanya ditarget sebanyak 6.481 suspect. Sementara untuk penderita, ditarget ada 1.616 kasus tertangani. ‘’target akan kami penuhi,’’ tekannya. (fat/c1/pra)

MADIUN – Deteksi penderita penyakit tuberculosis (Tb) di Kabupaten Madiun  belum optimal. Dinas kesehatan (dinkes) setempat tak mampu memenuhi target case detection rate (CDR) yang ditetapkan. Dari 70 persen target yang wajib dicapai tahun 2018 lalu, dinkes baru  memenuhi 59 persennya atau 1.103 dari target 1.869.  ‘’Total ada 1.103 penderita yang terdeteksi dan tertangani, 97 persennya sudah sembuh,’’ kata Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Madiun Agung Tri Widodo kemarin (26/3).

Meski mayoritas penderita Tb sembuh, namun pihaknya masih memiliki pekerjaan rumah. Sebab, terdapat 5.138 penderita suspect penyakit menular itu yang berpotensi positif Tb. Hanya saja, masih diperlukan beberapa tes lanjutan untuk mengetahui hasilnya. ‘’Kalau total suspect-nya ada 5.138, targetnya 6.481,’’ ujarnya.

Agung mengungkapkan, suspect Tb terbesar ditemukan di Kecamatan Madiun, Dolopo, Pilangkenceng, dan Caruban. Menurutnya, dari keempat kecamatan itu terdapat suspect dan kasus yang cukup tinggi. Dari data yang sudah dikantonginya, ada puskesmas yang menduduki jumlah suspect dan penderita tertinggi. ‘’Ada yang mencapai dua kali lipat jumlahnya dari yang ditargetkan,’’ tuturnya tanpa menyebut jumlah pasti berapa target dan capaiannya.

Baca Juga :  Pengelolaan Keuangan Akuntabel, Pemkab Raih WTP

Agung mengungkapkan, semua penderita Tb mendapatkan pendampingan. Mereka wajib mengambil obat di puskesmas. Jika penderita tidak mengambil obat mancapai dua bulan berturut–turut, maka pihak puskesmas wajib melacak hingga ke rumah. Dia menyebut jika semua penderita wajib meminum obat teratur.  ‘’Selama ini minim kasus seperti itu. Kami terus lakukan pendampingan, obatnya sudah gratis,’’ sebutnya.

Selain pemberian obat, perawatan juga dapat dilakukan di setiap puskesmas. Jadi, penderita tidak perlu pergi ke RS terdekat. Semua puskesmas memang sudah merawat pasien Tb maupun suspect TB. ‘’Sejak suspect sudah kami lakukan pendampingan. Sementara untuk penderita kami lakukan pendampingan selama enam bulan,’’ terang Agung.

Kata dia, laboraturium yang digunakan untuk melakukan tes Tb  tetap dipantau. Lazimnya pemantauan setiap triwulan. ‘’Jika semua baik, kami tetap lakukan antisipasi agar laboratorium tetap baik,’’ katanya.

Untuk 2019 ini, pihaknya menargetkan ada sebanyak 9.636 suspect dapat terdeteksi. Jumlah ini naik dari tahun 2018 yang hanya ditarget sebanyak 6.481 suspect. Sementara untuk penderita, ditarget ada 1.616 kasus tertangani. ‘’target akan kami penuhi,’’ tekannya. (fat/c1/pra)

Most Read

Artikel Terbaru