25.9 C
Madiun
Monday, March 27, 2023

Masjid Agung Baitul Hakim Jadi Jujukan Warga untuk Qiamulail

KOTA, Jawa Pos Radar Madiun – Jalanan Kota Madiun semakin sepi bersamaan malam yang kian larut. Namun, suasana Masjid Agung Baitul Hakim justru kian ramai. Warga terus berdatangan tiada henti untuk qiamulail. ‘’Dari berbagai daerah, tidak hanya Kota Madiun,’’ kata Haryanto, marbot sekaligus imam Masjid Agung Baitul Hakim.

Haryanto sempat menghitung, setiap malam ganjil sedikitnya 200 jemaah yang mendatangi Masjid Agung Baitul Hakim. Pun, tidak jarang meluber hingga teras masjid. ‘’Salat malam dimulai pukul 01.00,’’ ungkapnya. ‘’Puncaknya malam 29 Ramadan nanti, biasanya ramai sekali,’’ imbuhnya, Rabu (27/4).

Kegiatan ibadah di Masjid Agung Baitul Hakim pada Ramadan kali ini tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di antaranya, salat fardu dan Tarawih. Juga kuliah tujuh menit (kultum) setelah Tarawih dan salat Subuh. ‘’Tapi, karena masih pandemi tidak ada khataman Alquran,’’ sebutnya.

Pengelolaan Masjid Agung Baitul Hakim melibatkan puluhan orang. Perinciannya, 30 pengurus, delapan marbot, lima satpam, dan satu pengurus harian. ‘’Dulu harus berada di masjid ini pukul 08.00 sampai 13.00. Tapi, karena faktor usia sekarang hanya sampai pukul 11.00,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Dramatis, Evakuasi Korban Laka di Tol Ngawi-Kertosono

Masjid Agung Baitul Hakim awalnya memiliki arsitektur bergaya Jawa. Namun, setelah direnovasi mendapat sentuhan gaya Arab dan Eropa. ‘’Ada renovasi secara besar-besaran pada 2002 yang ditandai dengan pemasangan seribu tiang, tapi empat pilar utama masih dipertahankan,’’ ungkap Haryanto.

Masjid Agung Baitul Hakim diperkirakan dibangun pada zaman kolonial Belanda saat pemerintahan Bupati Ki Ronggo Jumeno sekitar 1830. Pada 2011 renovasi terakhir dilakukan dengan menambah luas serambi masjid serta membangun kubah dan menara hingga seperti yang terlihat sekarang. ‘’Dulu pakai studi banding ke Tuban. Makanya, arsitektur dan desainnya mirip Masjid Agung Tuban,’’ ujarnya. (mg7/isd/c1)

KOTA, Jawa Pos Radar Madiun – Jalanan Kota Madiun semakin sepi bersamaan malam yang kian larut. Namun, suasana Masjid Agung Baitul Hakim justru kian ramai. Warga terus berdatangan tiada henti untuk qiamulail. ‘’Dari berbagai daerah, tidak hanya Kota Madiun,’’ kata Haryanto, marbot sekaligus imam Masjid Agung Baitul Hakim.

Haryanto sempat menghitung, setiap malam ganjil sedikitnya 200 jemaah yang mendatangi Masjid Agung Baitul Hakim. Pun, tidak jarang meluber hingga teras masjid. ‘’Salat malam dimulai pukul 01.00,’’ ungkapnya. ‘’Puncaknya malam 29 Ramadan nanti, biasanya ramai sekali,’’ imbuhnya, Rabu (27/4).

Kegiatan ibadah di Masjid Agung Baitul Hakim pada Ramadan kali ini tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di antaranya, salat fardu dan Tarawih. Juga kuliah tujuh menit (kultum) setelah Tarawih dan salat Subuh. ‘’Tapi, karena masih pandemi tidak ada khataman Alquran,’’ sebutnya.

Pengelolaan Masjid Agung Baitul Hakim melibatkan puluhan orang. Perinciannya, 30 pengurus, delapan marbot, lima satpam, dan satu pengurus harian. ‘’Dulu harus berada di masjid ini pukul 08.00 sampai 13.00. Tapi, karena faktor usia sekarang hanya sampai pukul 11.00,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Perlahan, Pengunjung Perpusda Mulai Naik

Masjid Agung Baitul Hakim awalnya memiliki arsitektur bergaya Jawa. Namun, setelah direnovasi mendapat sentuhan gaya Arab dan Eropa. ‘’Ada renovasi secara besar-besaran pada 2002 yang ditandai dengan pemasangan seribu tiang, tapi empat pilar utama masih dipertahankan,’’ ungkap Haryanto.

Masjid Agung Baitul Hakim diperkirakan dibangun pada zaman kolonial Belanda saat pemerintahan Bupati Ki Ronggo Jumeno sekitar 1830. Pada 2011 renovasi terakhir dilakukan dengan menambah luas serambi masjid serta membangun kubah dan menara hingga seperti yang terlihat sekarang. ‘’Dulu pakai studi banding ke Tuban. Makanya, arsitektur dan desainnya mirip Masjid Agung Tuban,’’ ujarnya. (mg7/isd/c1)

Most Read

Artikel Terbaru