MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Ngancar patut menyandang predikat desa paling rawan longsor. Betapa tidak, pada Minggu (7/2) lalu, longsor terjadi di tujuh titik sekaligus. Dua akses jalan terputus akibat terjangan material. ‘’Mayoritas longsor berskala kecil,’’ kata Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan Eka Wahyudi, Selasa (8/2).
Kendati tidak ada korban jiwa, longsor mengganggu akses warga. Saluran pipa yang diandalkan untuk mencukupi kebutuhan air minum warga di delapan rukun tetangga (RT) terputus. ‘’Ini tidak seberapa jika dibandingkan bencana sebelumnya,’’ ujar Eka.
Pada 2016 lalu, Ngancar sempat dilanda banjir bandang. Bencana tersebut merusak tujuh rumah warga. Eka menyebut, masifnya alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian di kawasan hulu sebagai biang bencana di Ngancar. ‘’Akibatnya air di hulu tidak tertampung secara maksimal,’’ bebernya.
Pemkab telah memasang alat early warning system (EWS) di dekat permukiman warga. Alat itu akan memberi peringatan jika muncul potensi bencana longsor. Namun, Eka meminta warga tidak bergantung sepenuhnya pada EWS. Guna membangun sistem mitigasi yang kuat, warga harus peduli terhadap lingkungannya. ‘’Juga harus selalu waspada,’’ pintanya. (mg5/c1/naz/her)