MAGETAN, Jawa Pos Radar Magetan – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai mewabah. Terhitung sembilan hari di Januari 2020, enam warga Magetan suspect penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti itu. Tiga kali fogging dilakukan dinas kesehatan (dinkes) dalam kurun yang sama. ‘’Enam pasien itu tidak sampai meninggal dunia,’’ kata Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Magetan Didik Setyo Margono Kamis (9/1).
Didik mengungkapkan, fogging kali pertama dilakukan di Desa Trosono, Parang. Dua kali pihaknya melakukan pengasapan di desa tersebut. Teranyar, permukiman di Kelurahan/Kecamatan Magetan kemarin (9/1). Fogging dilakukan setelah menerima laporan rumah sakit atau puskesmas serta pemeriksaan epidemiologi (PE).
Cara tersebut tidak sepenuhnya bisa membasmi nyamuk Aedes aegypti. Asap insektisida hanya membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentik-jentiknya masih tetap ada. Karenanya, pengasapan perlu diikuti pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Bentuknya menyebar bubuk larvasida untuk membunuh jentik tersebut. ‘’Kalau hanya fogging percuma. Jentiknya harus dibasmi juga,’’ ujarnya.
Didik memprediksi terjadi lonjakan pasien DBD bulan depan. Seiring meningkatnya curah hujan. Banyaknya genangan menjadi tempat nyaman untuk berkembang biak. Februari diyakini banyak warga yang digigit nyamuk Aedes agypti. ‘’Semoga tidak sampai terjadi KLB (kejadian luar biasa, Red),’’ harapnya seraya menyebut tahun lalu jumlah penderita DBD terbanyak dengan 117 pasien terjadi pada Februari.
Dinkes mencatat tren warga terserang DBD semakin meningkat. Sebanyak 471 pasien DBD dengan enam orang meninggal dunia tahun lalu. Angka itu meningkat signifikan dari 2018 yang hanya 156 pasien. Enam pasien meninggal masuk wilayah Puskesmas Panekan, Kawedanan, dan Karangrejo. Juga Puskesmas Kartoharjo, Taji, dan Rejomulyo. Puskesmas Bendo paling banyak menerima pasien DBD dengan 44 pasien (selengkapnya lihat grafis). ‘’Peningkatan ini siklus tiga tahunan,’’ ungkapnya.
Didik telah membuat surat edaran untuk seluruh kepala puskesmas dan camat untuk mengantisipasi penularan DBD. Pemeriksaan jentik secara berkala oleh kader juru pemantau jentik keluarga (jumantika) dan petugas puskesmas harus ditingkatkan. ‘’Upaya menekan angka pasien DBD juga jadi tanggung jawab masyarakat lewat menjaga lingkungan,’’ tandasnya. (bel/c1/cor)