MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Ratusan hektare lahan pertanian di Magetan terancam krisis air pada musim kemarau tahun ini. Bahkan, kendati saat ini masih pancaroba, namun tanda-tanda tersebut mulai terlihat di sejumlah wilayah seperti Kecamatan Karas dan Sukomoro.
‘’Di daerah rawan kekeringan, kalau tidak hujan artinya tidak bisa bercocok tanam,’’ kata Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Magetan Eni Kurniawati, Selasa (16/8).
Data DTPHPKP, tahun ini ada 410 hektare lahan pertanian yang terancam krisis air. Perinciannya, sebanyak 151 hektare terancam kekeringan berat, 116 hektare kekeringan sedang, dan 143 hektare kekeringan ringan.
Selain Karas dan Sukomoro, kekeringan parah juga mengancam Parang, Bendo, dan Ngariboyo. ‘’Kami berupaya menambah jaringan irigasi dan embung baru, terutama di Sukomoro dan Karas,’’ ujar Eni.
Wilayah pertanian di lima kecamatan itu kesulitan mendapat air lantaran kondisi geografis tak datar. Berbeda dengan wilayah datar, petani mudah mendapatkan air dengan sumur pompa.
Sementara, di wilayah dataran tinggi, hujan sering mengguyur sehingga membuat lahan pertanian tumbuh subur. ‘’Untuk mengurangi dampak, kami menyarankan petani menerapkan pola tanam dengan benar sesuai musimnya, meskipun cuaca terkadang sulit diprediksi,’’ pungkasnya. (hyo/c1/naz)
Lahan Pertanian di Magetan Terancam Krisis Air
- 410 hektare lahan pertanian yang berpotensi kesulitan air
- 151 hektare terancam kekeringan berat
- 116 hektare terancam kekeringan sedang
- 143 hektare terancam kekeringan ringan
Sumber: DTPHPKP Magetan