24.4 C
Madiun
Tuesday, March 28, 2023

Kabul dan Suwarni Angkut Beban 90 Kilogram Sehari

ADA yang khas di Pasar Sayur I Magetan. Bapak-bapak paro baya perkasa memanggul karung yang berisi aneka barang dagangan. Menantang matahari, mengabaikan peluh yang menetes di kulitnya. Beratnya beban di kepala dan pundak seolah tidak dirasa. Fokusnya satu, mengumpulkan rupiah demi keluarga di rumah.

Hal itu nyaris dijalani oleh Suwarno dan Kabul setiap harinya. Begitu keduanya melihat ada truk atau mobil pikap yang mengangkut sembako atau sayuran, langsung dihampiri.

Sambil mengenakan bantalan tutup kepala atau topi, keduanya berjejer. Karung sembako seberat 25 kilogram dipanggul dengan enteng. Ada yang membawa satu karung, ada pula yang dua sekaligus.

Suwarno dan Kabul mengaku telah menggeluti pekerjaan sebagai kuli panggul sejak 1981 atau sudah 38 tahun. Bahkan, pedagang menyebut keduanya merupakan generasi pertama kuli panggul di Pasar Sayur I Magetan. ‘’Kami yang paling tua di sini,’’ ujar Suwarno.

Pria berusia 54 tahun itu mengatakan, dalam sehari menjadi kuli panggul bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 70 ribu. Namun, saat kondisi pasar sepi, pendapatan yang diperoleh sekitar Rp 50 ribu. ‘’Sudah sejak remaja saya menjadi kuli panggul. Saya merasa nyaman dan enak saja menjalani pekerjaan ini. Karena setiap hari pasti ada sayur yang dinaikkan atau diturunkan,’’ tutur warga Desa Tapak, Panekan, itu.

Baca Juga :  Pilih Undur Diri, Tiada Sanksi Bagi Penyuluh KUA Lolos Panwascam di Magetan

Suwarno mengungkapkan, di Pasar Sayur I Magetan dia tidak bekerja sendiri. Tercatat ada 24 kuli panggul yang menggantungkan hidupnya di pasar tradisional tersebut. Mereka tergabung dalam sebuah kelompok. Sistem kerjanya juga giliran supaya tidak berebut. ‘’Setiap hari ada sekitar 40 pikap dan truk pengangkut sayur dan sembako,’’ terangnya.

Dalam sehari, dia mengangkut total beban sekitar 90 kilogram. Tentu itu bukan pekerjaan gampang. Untuk menjaga staminanya tetap fit, Suwarno dan Kabul sering mengonsumsi jamu. ‘’Punggung sering terasa pegal. Bahkan, beberapa kali pernah keseleo,’’ ungkap Suwarno.

Kabul menambahkan, semua sakit dirasakannya sudah menjadi risiko pekerjaan. Dia akan tetap berusaha menikmati pekerjaan tersebut. (bel/c1/her)

ADA yang khas di Pasar Sayur I Magetan. Bapak-bapak paro baya perkasa memanggul karung yang berisi aneka barang dagangan. Menantang matahari, mengabaikan peluh yang menetes di kulitnya. Beratnya beban di kepala dan pundak seolah tidak dirasa. Fokusnya satu, mengumpulkan rupiah demi keluarga di rumah.

Hal itu nyaris dijalani oleh Suwarno dan Kabul setiap harinya. Begitu keduanya melihat ada truk atau mobil pikap yang mengangkut sembako atau sayuran, langsung dihampiri.

Sambil mengenakan bantalan tutup kepala atau topi, keduanya berjejer. Karung sembako seberat 25 kilogram dipanggul dengan enteng. Ada yang membawa satu karung, ada pula yang dua sekaligus.

Suwarno dan Kabul mengaku telah menggeluti pekerjaan sebagai kuli panggul sejak 1981 atau sudah 38 tahun. Bahkan, pedagang menyebut keduanya merupakan generasi pertama kuli panggul di Pasar Sayur I Magetan. ‘’Kami yang paling tua di sini,’’ ujar Suwarno.

Pria berusia 54 tahun itu mengatakan, dalam sehari menjadi kuli panggul bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 70 ribu. Namun, saat kondisi pasar sepi, pendapatan yang diperoleh sekitar Rp 50 ribu. ‘’Sudah sejak remaja saya menjadi kuli panggul. Saya merasa nyaman dan enak saja menjalani pekerjaan ini. Karena setiap hari pasti ada sayur yang dinaikkan atau diturunkan,’’ tutur warga Desa Tapak, Panekan, itu.

Baca Juga :  PGRI Minta Sekolah PTM Ditambah, Pemkab Madiun Enggan Gegabah

Suwarno mengungkapkan, di Pasar Sayur I Magetan dia tidak bekerja sendiri. Tercatat ada 24 kuli panggul yang menggantungkan hidupnya di pasar tradisional tersebut. Mereka tergabung dalam sebuah kelompok. Sistem kerjanya juga giliran supaya tidak berebut. ‘’Setiap hari ada sekitar 40 pikap dan truk pengangkut sayur dan sembako,’’ terangnya.

Dalam sehari, dia mengangkut total beban sekitar 90 kilogram. Tentu itu bukan pekerjaan gampang. Untuk menjaga staminanya tetap fit, Suwarno dan Kabul sering mengonsumsi jamu. ‘’Punggung sering terasa pegal. Bahkan, beberapa kali pernah keseleo,’’ ungkap Suwarno.

Kabul menambahkan, semua sakit dirasakannya sudah menjadi risiko pekerjaan. Dia akan tetap berusaha menikmati pekerjaan tersebut. (bel/c1/her)

Most Read

Artikel Terbaru