MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Waswas menghantui peternak di Panekan. Menyusul ditemukannya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Magetan. Sejak pertengahan bulan ini, sejumlah peternak satu per satu mulai menjual ternaknya. ‘’Sapi saya terjual semua,’’ kata Suwarno, 54, warga Desa/Kecamatan Panekan, Rabu (18/5).
Suwarno mulanya punya lima ekor sapi. Sejak sebelum ditemukan kasus positif PMK, dia sudah menjual kelima ternaknya itu ke perantara. Dia rela kelima ekor sapinya dihargai lebih rendah sekitar Rp 2 juta dari harga normal. Terpenting tidak sampai terjangkit PMK. ‘’Takut tidak laku menjelang Idul Adha nanti,’’ ujarnya.
Di Desa Panekan, setiap rumah umumnya punya hewan ternak. Termasuk Dwi Bagus Cahyono. Pemuda 27 tahun itu memiliki sebelas ekor sapi. Dulunya sempat punya 24 ekor. Namun, sudah laku 13 ekor sebelum isu PMK menyeruak. ‘’Semua sehat, tidak ada yang sakit,’’ kata Bagus.
Menurut dia, para peternak di desanya ingin segera menjual hewan ternaknya. Mereka tak ingin merugi gegara ternak terpapar PMK. Bagus juga berpikir hal serupa. Namun, rencana itu diurungkan mengingat pemkab menutup sementara seluruh pasar hewan. Perdagangan ternak di kecamatan yang ditemukan kasus positif juga dilarang. ‘’Saya khawatir kalau nanti tidak laku,’’ ungkapnya. (mg1/c1/naz)