MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Keluhan yang selama ini diutarakan peternak ayam petelur ditangkap dinas peternakan dan perikanan (disnakan). Selain melakukan intervensi lewat gerakan makan telur ayam, disnakan juga berencana meningkatkan daya saing industri. ‘’Barometernya Blitar,’’ kata Kepala Disnakan Nur Haryani, Minggu (20/2).
Disnakan sebelumnya telah melakukan studi banding ke Blitar. Di sana telur ayam menjadi salah satu komoditas unggulan. Kunci kesuksesan itu rupanya kelembagaan yang kuat. Para peternak di Blitar tergabung dalam koperasi. Mereka yang membuka jalan pemasaran. ‘’Koperasi atau paguyuban peternak Magetan belum sekuat seperti di Blitar,’’ ungkapnya.
Dua hal perlu dilakukan peternak Magetan agar bisa survive. Pertama, memahami branding produk. Kedua, mengurus sertifikat untuk menjamin telur ayam aman dan sehat. ‘’Ini kunci untuk memperluas pasar,’’ jelas Nur.
Disnakan juga berencana menggelar pelatihan guna meningkatkan kemampuan manajerial para peternak. Baik manajemen keuangan maupun budi daya. Menurut Nur, keduanya berkaitan erat. ‘’Karena ilmu pengelolaan yang baik penting untuk menopang kelangsungan bisnis apa pun,’’ tuturnya.
Kamis (17/2) lalu perwakilan peternak wadul ke pemerintah. Mereka menyorot UU 41/2014 tentang Perubahan UU Peternakan dan Kesehatan Hewan yang tidak berpihak kepada peternak kecil. Akibatnya, timbul bermacam masalah seperti merosotnya harga telur dan melonjaknya harga pakan. Berbagai persoalan itu dirasa mencekik. (mg5/c1/naz/her)