23.7 C
Madiun
Monday, June 5, 2023

Harga Cabai Anjlok, Beras Terkerek Naik

MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Problem ketidakpastian harga sejumlah komoditas pangan tidak hentinya mendera. Setelah sempat naik, harga cabai di Pasar Sayur, Magetan, anjlok dalam sepekan terakhir.

Akan tetapi, perubahan itu tidak sepenuhnya membuat pedagang dan pembeli tersenyum. Sebab di waktu bersamaan harga beras merangkak naik hingga melebihi harga eceran tertinggi (HET).

Setyowati, salah seorang pedagang Pasar Sayur, menyebutkan turunnya harga cabai di rentang Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram. Penurunan drastis jenis cabai rawit merah. Dari Rp 75 ribu menjadi Rp 40 ribu per kilogram.

Sedangkan cabai rawit hijau yang sebelumnya Rp 55 ribu per kilogram, kini tinggal Rp 35 ribu. ‘’Harganya belum normal. Tapi ada peningkatan jumlah pembeli,’’ ujarnya.

Siti, pedagang Pasar Sayur lainnya, membeberkan harga beras medium (Bengawan) di kisaran Rp 12 ribu per kilogram dalam beberapa hari terakhir. Sedangkan kualitas premium (Mentik) Rp 13 ribu per kilogram.

Harga tersebut lebih tinggi dari hasil pendataan laman Sistem Informasi Kebutuhan Pangan dan Perkembangan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per Jumat (20/1) (data lihat grafis).

Padahal, HET-nya masing-masing Rp 9.450 dan Rp 12.800 per kilogram. Batasan harga tersebut terlampir dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 57/2017 tentang HET Beras. ‘’Stoknya dikurangi biar tidak rugi,’’ ucapnya.

Baca Juga :  Terendam Banjir, Petani Padi di Kwadungan Nyaris Gagal Panen

Sementara, Menurut Pemimpin Cabang Bulog Ponorogo Aan Sugiarto, penyebab harga beras naik karena sejumlah daerah belum memasuki masa panen padi.

Selain itu, Demak, Pati, dan Kudus (Jawa Tengah) yang merupakan produsen beras mengalami gagal panen karena banjir. Kondisi tersebut memutus satu siklus panen. ‘’Akibatnya stok dan suplai gabah berkurang,’’ ujarnya.

Aan menilai kenaikan harga beras di musim tanam gadu hingga panen raya sebagai siklus normal. Masyarakat Ponorogo, Pacitan, dan Magetan–yang merupakan wilayah kerjanya–diminta untuk tidak panik. Stok beras diklaim cukup untuk tiga bulan ke depan. ‘’Masih 4.500 ton,’’ sebutnya

Dia mengatakan, program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) sebagai solusi menstabilkan harga beras sesuai HET. Bentuknya memasok beras kepada pedagang dengan harga di bawah HET  ‘’Selain itu menggelar operasi pasar murah,’’ ucapnya. (hyo/cor)

MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Problem ketidakpastian harga sejumlah komoditas pangan tidak hentinya mendera. Setelah sempat naik, harga cabai di Pasar Sayur, Magetan, anjlok dalam sepekan terakhir.

Akan tetapi, perubahan itu tidak sepenuhnya membuat pedagang dan pembeli tersenyum. Sebab di waktu bersamaan harga beras merangkak naik hingga melebihi harga eceran tertinggi (HET).

Setyowati, salah seorang pedagang Pasar Sayur, menyebutkan turunnya harga cabai di rentang Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram. Penurunan drastis jenis cabai rawit merah. Dari Rp 75 ribu menjadi Rp 40 ribu per kilogram.

Sedangkan cabai rawit hijau yang sebelumnya Rp 55 ribu per kilogram, kini tinggal Rp 35 ribu. ‘’Harganya belum normal. Tapi ada peningkatan jumlah pembeli,’’ ujarnya.

Siti, pedagang Pasar Sayur lainnya, membeberkan harga beras medium (Bengawan) di kisaran Rp 12 ribu per kilogram dalam beberapa hari terakhir. Sedangkan kualitas premium (Mentik) Rp 13 ribu per kilogram.

Harga tersebut lebih tinggi dari hasil pendataan laman Sistem Informasi Kebutuhan Pangan dan Perkembangan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per Jumat (20/1) (data lihat grafis).

Padahal, HET-nya masing-masing Rp 9.450 dan Rp 12.800 per kilogram. Batasan harga tersebut terlampir dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 57/2017 tentang HET Beras. ‘’Stoknya dikurangi biar tidak rugi,’’ ucapnya.

Baca Juga :  Dua Kasus Positif Covid-19 di Magetan

Sementara, Menurut Pemimpin Cabang Bulog Ponorogo Aan Sugiarto, penyebab harga beras naik karena sejumlah daerah belum memasuki masa panen padi.

Selain itu, Demak, Pati, dan Kudus (Jawa Tengah) yang merupakan produsen beras mengalami gagal panen karena banjir. Kondisi tersebut memutus satu siklus panen. ‘’Akibatnya stok dan suplai gabah berkurang,’’ ujarnya.

Aan menilai kenaikan harga beras di musim tanam gadu hingga panen raya sebagai siklus normal. Masyarakat Ponorogo, Pacitan, dan Magetan–yang merupakan wilayah kerjanya–diminta untuk tidak panik. Stok beras diklaim cukup untuk tiga bulan ke depan. ‘’Masih 4.500 ton,’’ sebutnya

Dia mengatakan, program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) sebagai solusi menstabilkan harga beras sesuai HET. Bentuknya memasok beras kepada pedagang dengan harga di bawah HET  ‘’Selain itu menggelar operasi pasar murah,’’ ucapnya. (hyo/cor)

Terpopuler

Artikel Terbaru