MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Magetan telah meluas di sepuluh kecamatan. Merujuk data dinas peternakan dan perikanan (disnakkan), kasus paling banyak ditemukan di Kecamatan Parang (22 kasus) disusul Kawedanan (21 kasus). Sementara di jumlah kasus di delapan kecamatan lain bervariasi antara dua hingga sepuluh.
Yang cukup melegakan, kasus PMK di Plaosan tak lebih dari tujuh kasus. Padahal, populasi sapi ternak di kecamatan tersebut paling banyak di Magetan. Jumlahnya mencapai 13.555 ekor dari total 118.251 ekor sapi ternak di Magetan. ‘’Potensi peternakan di Magetan sebenarnya sangat menjanjikan,’’ ujar Kepala Disnakkan Nur Haryani, Senin (23/5).
Menurut Nur, PMK cukup berdampak terhadap peternakan di Magetan. Pasalnya selama ini, pasar peternakan di Magetan relatif kuat. Produksi daging dan susu juga terpantau stabil. Di Magetan bahkan ada 117.469 ekor sapi potong dan 753 ekor sapi perah yang dimiliki oleh peternak. ‘’Populasi sapi potong dan sapi perah paling banyak ada di Plaosan,’’ terangnya.
Angka itu belum termasuk populasi kambing (44.434 ekor) dan domba (36.516 ekor). Diakui Nur, prospek peternakan di Magetan sangat potensial untuk terus berkembang. Apalagi bila menilik permintaan pasar yang cenderung stabil terhadap daging maupun susu. ‘’Semoga wabah ini segera berakhir,’’ ucapnya. (mg1/naz)