23.1 C
Madiun
Monday, June 5, 2023

Komisi B Minta Pengawasan Ternak Diperketat

MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Kalangan legislatif meminta keseriusan Pemkab Magetan menangani ancaman wabah lumpy skin disease (LSD). Menyusul temuan 214 ekor sapi yang oleh dinas perikanan dan peternakan (disnakan) masih disebut suspect LSD per kemarin (24/2).

Selain itu, puluhan ekor sapi milik warga Desa Terung, Panekan, mati dengan indikasi terpapar penyakit akibat virus pox tersebut. ”Terbuka saja ada ternak yang positif atau belum,” kata Ketua Komisi B DPRD Magetan Hari Gitoyo.

Hari mengatakan, merebaknya LSD membuat peternak panik. Sebab, tingkat kematianya tidak kalah tinggi dengan penyakit mulut dan kuku (PMK). Apalagi, Ramadan berlangsung bulan depan. Konsumsi daging cenderung meningkat jelang Idul Fitri. ”Masyarakat butuh edukasi dan sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan,” ujarnya.

Baca Juga :  Anggaran Penataan PBM Bengkak Jadi Rp 10 M

Disnakan diminta bekerjasama dengan polisi dan TNI untuk memperketat pengawasan jual-beli ternak. Baik itu di pasar hewan atau transaksi dari pedagang musiman jelang Lebaran. ”Kami mendukung rencana pembentukan satuan tugas LSD,” ucapnya sembari meminta vaksinasi diarahkan ke wilayah suspect LSD.

Dia menambahkan, aktivitas pemotongan ternak di rumah pemotongan hewan (RPH) atau pemotongan mandiri juga perlu dipantau. Daging hasil penyembelihan yang nantinya dikonsumsi harus memenuhi kriteria aman, sehat, utuh, dan halal. ”Jangan sampai kecolongan,” tegas politikus Partai Demokrat itu.

Dimintai tanggapan, Kepala Disnakan Magetan Nur Haryani menyampaikan bahwa status ratusan ekor ternak masih suspect. Pihaknya belum mengantongi hasil uji laboratorium. ”Kami terus melakukan pemantauan. Peternak diimbau menjaga kebersihan kandang,” ujarnya. (hyo/cor)

MAGETAN, Jawa Pos Radar Madiun – Kalangan legislatif meminta keseriusan Pemkab Magetan menangani ancaman wabah lumpy skin disease (LSD). Menyusul temuan 214 ekor sapi yang oleh dinas perikanan dan peternakan (disnakan) masih disebut suspect LSD per kemarin (24/2).

Selain itu, puluhan ekor sapi milik warga Desa Terung, Panekan, mati dengan indikasi terpapar penyakit akibat virus pox tersebut. ”Terbuka saja ada ternak yang positif atau belum,” kata Ketua Komisi B DPRD Magetan Hari Gitoyo.

Hari mengatakan, merebaknya LSD membuat peternak panik. Sebab, tingkat kematianya tidak kalah tinggi dengan penyakit mulut dan kuku (PMK). Apalagi, Ramadan berlangsung bulan depan. Konsumsi daging cenderung meningkat jelang Idul Fitri. ”Masyarakat butuh edukasi dan sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan,” ujarnya.

Baca Juga :  Anggaran Penataan PBM Bengkak Jadi Rp 10 M

Disnakan diminta bekerjasama dengan polisi dan TNI untuk memperketat pengawasan jual-beli ternak. Baik itu di pasar hewan atau transaksi dari pedagang musiman jelang Lebaran. ”Kami mendukung rencana pembentukan satuan tugas LSD,” ucapnya sembari meminta vaksinasi diarahkan ke wilayah suspect LSD.

Dia menambahkan, aktivitas pemotongan ternak di rumah pemotongan hewan (RPH) atau pemotongan mandiri juga perlu dipantau. Daging hasil penyembelihan yang nantinya dikonsumsi harus memenuhi kriteria aman, sehat, utuh, dan halal. ”Jangan sampai kecolongan,” tegas politikus Partai Demokrat itu.

Dimintai tanggapan, Kepala Disnakan Magetan Nur Haryani menyampaikan bahwa status ratusan ekor ternak masih suspect. Pihaknya belum mengantongi hasil uji laboratorium. ”Kami terus melakukan pemantauan. Peternak diimbau menjaga kebersihan kandang,” ujarnya. (hyo/cor)

Terpopuler

Artikel Terbaru