MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Beras kembali membuat konsumen kelimpungan. Sebab, sudah seminggu terakhir harga salah satu bahan pokok penting (bapokting) itu naik lagi.
‘’Sekarang ini Rp 11.500 per kilogram untuk jenis biasa,’’ kata Sunarti, salah seorang pedagang di Pasar Sambirejo, Jiwan, Minggu (15/1).
Menurut dia, harga beras sejatinya sudah mulai naik sejak Oktober 2022 lalu. Saat itu dari normalnya Rp 8.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram. Bahkan, di beberapa tempat dari Rp 9.000 kompak naik Rp 11.000 per kilogram.
‘’Itu beras lokal biasa, kalau beras bulog harganya tetap seperti HET (harga eceran tertinggi) Rp 9.450 per kilogram,’’ ujarnya.
Penyebabnya, sebut Sunarti, stok di selepan (penggilingan) gabah nyaris habis sejak awal tahun. Terlebih saat ini baru memasuki masa tanam padi. Jatah dari bulog juga bekurang sejak beberapa bulan lalu. Sementara beras impor tidak ada.
‘’Jatah bulog dibatasi, saya minta satu ton hanya dapat lima kuintal, menipis semua,’’ ungkapnya.
Kendati harganya terus meroket, para pedagang maupun pembeli tidak bisa berbuat banyak selain tetap membeli bapokting tersebut. Junaedi, salah seorang warga Sambirejo, keberatan dengan harga namun terpaksa membeli karena kebutuhan.
‘’Dikurangi seadanya uang, biasanya langsung 25 kilogram, sekarang 10 kilogram. Dibagi-bagi dengan kebutuhan lain,’’ tuturnya.
Sunarti dan Junaedi berharap harga kebutuhan pokok kembali normal. Pun, stok dipastikan aman. Sebab, pedagang maupun pembeli tidak masalah harga naik asal stok ada. Apalagi kalau melimpah, sehingga harganya bisa turun ke harga normal seperti sebelumnya.
‘’Inginnya konsumen harga stabil semua tidak ada yang naik, agar semua kebutuhan bisa terpenuhi dengan daya beli kami,’’ harap Junaedi. (mg3/sat)