MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Hujan lebat semalam suntuk yang mengguyur wilayah Kabupaten Madiun mengakibatkan sejumlah desa di tiga kecamatan terendam banjir. Air masuk ke ratusan rumah warga dengan ketinggian 30-50 sentimeter. Bahkan, satu jembatan ambrol. Pun, sejumlah ruas jalan alternatif tergenang hingga berimbas kendaraan mogok saat melintas.
Di Desa Tempursari, Wungu, misalnya. Air sungai meluap dan masuk rumah warga menjelang subuh. Banjir kiriman tersebut dari kawasan hutan di Desa Mojorayung. Air juga menggenangi sawah hingga jalan utama dan menghambat arus lalu lintas. ‘’Dua dusun merata terdampak banjir sampai masuk rumah. Yakni, Glonggong dan Tempuran,’’ kata Kepala Desa Tempursari Hendik Dwi Laksono kemarin (22/3).
Hendik menambahkan, banjir juga membawa bambrongan dan sempat menyumbat sejumlah titik jembatan di desanya. Dengan alat seadanya, warga dan pemerintah desa (pemdes) setempat langsung kerja bakti agar banjir segera surut.
‘’Sekitar pukul enam pagi sudah mulai surut di rumah warga. Sedangkan di jalan benar-benar surut sekitar pukul delapan,’’ ujarnya.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun Muhammad Zahrowi menyebutkan, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kabupaten Madiun Selasa (21/3) pukul 23.00 sampai Rabu (22/3) subuh. Dampaknya, beberapa wilayah tergenang banjir.
Yakni di Tempursari, Wungu; Sendangrejo, Madiun; Plumpungrejo dan Desa/Kecamatan Wonoasri. Desa Kaliabu, Mejayan, juga terdampak. Jembatan penghubung antara desa setempat dengan Purwosari ambrol karena tidak kuat menahan debit air yang tinggi. ‘’Air juga menggenangi jalan alternatif dari Kota Madiun arah Dimong,’’ sebut Zahrowi.
Banjir di Wonoasri, lanjut Zahrowi, merupakan wilayah hulu di kawasan hutan terdekat. Sementara di Sendangrejo, akibat luapan Kali Piring. Rabu (22/3) pagi, relawan dan petugas membantu warga mengatur arus lalu lintas sekaligus pendataan dan koordinasi dengan pemdes setempat.
‘’Untuk jembatan ambrol, dipastikan tidak bisa digunakan dan perlu ditutup sementara,’’ jelasnya.
Sementara itu, salah satu musala di Dusun/Desa Mojorayung, Wungu tersambar petir Rabu (22/3) dini hari. Atap dan plafon roboh. Pun, sejumlah barang elektronik terbakar. ‘’Kejadiannya sekitar pukul 01.00 saat hujan deras. Petir menyambar hingga kolong kubah musala,’’ ungkap Kepala Dusun Mojorayung Jauharotun Nafiah.
Petir menyambar stop kontak listrik yang disusul suara ledakan hingga menggetarkan rumah di samping musala. Atap dan plafon musala langsung ambrol. Sekring listrik pun terbakar. Peralatan elektronik seperti toa, kipas angin, dan kabel terbakar. ‘’Tadi pagi (kemarin) langsung diganti sekring dan kabel-kabelnya,’’ ujarnya.
Warga setempat langsung bekerja bakti membenahi kerusakan musala. Selain mengganti genting juga memperbaiki aliran listrik. Untuk sementara, musala belum bisa digunakan hingga perbaikan selesai. ‘’Dibenahi secepatnya, mengingat sudah memasuki Ramadan agar segera untuk ibadah,’’ pungkasnya. (mg3/sat)