MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Calon jemaah haji (CJH) asal Kabupaten Madiun sedang gundah gulana. Khususnya, mereka yang akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Penyebabnya, besaran Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) 2023 yang kabarnya naik hampir lipat dua, hingga kini belum fixed.
Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Madiun Bisri Mustafa mengatakan Bipih 2023 sekitar Rp 98,89 juta per orang. Pun, kemungkinan bisa lebih. Sementara Kemenag RI mengusulkan Rp 69,19 juta. ‘’Itu setelah dikurangi optimalisasi manfaat dana haji 30 persen atau Rp 29,70 juta,’’ sebutnya kemarin (26/1).
Menurut dia, jika usulan tersebut disetujui, CJH yang berangkat tahun ini harus membayar pelunasan Rp 44,19 juta per orang. Dengan asumsi telah membayar biaya pendaftaran Rp 25 juta. ‘’Namun ini masih belum pasti, masih menunggu Keppres (Keputusan Presiden),’’ sambungnya.
Sebagai perbandingan, lanjut Bisri, Bipih 2022 lalu “hanya” sekitar Rp 39,88 juta per orang. Sehingga. untuk pelunasan sebelum keberangkatan hanya sekitar Rp 14,88 juta setelah dikurangi biaya pendaftaran.
Dia menambahkan, usulan kenaikan bipih ini karena adanya kenaikan biaya akomodasi. Mulai transportasi hingga logistik di Arab Saudi. Sehingga, biaya hidup selama 40 hari di Tanah Suici bertambah. ‘’Kenaikan bipih setiap tahun itu wajar dan pasti, karena daya beli masyarakat setiap tahun juga naik terus,’’ ujarnya.
Kendati demikian, lanjut Bisri, hingga saat ini belum ada CJH yang mengajukan pengundurkan diri atau menunda keberangkatannya. Kebanyakan masih menanyakan kepastian bipih dan jadwal keberangkatan. ‘’Apalagi kuota untuk Kabupaten Madiun juga belum jelas,’’ ungkapnya.
Pun, pihaknya senantiasa menyosialisasikan kondisi saat ini yang masih harus menunggu keputusan dari pusat. Sesuai schedule pertengahan bulan depan biasanya surat keputusan turun. ‘’Dari mulai kepastian bipih, kuota hingga regulasi pemberangkatan,’’ jelasnya. (mg3/sat)