MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Petani porang menjerit. Harga jenis tanaman pala-kependhem itu saat ini anjlok. Kondisi tersebut tidak terlepas dari tak kunjung terbukanya pintu ekspor ke luar negeri, terutama Tiongkok. ”Harga porang turun drastis. Di tingkat petani cuma Rp 2.000 per kilogram,” kata Warsito, petani porang asal Desa Ngranget, Dagangan,Jumat (27/5).
Dulu, harga umbi porang tembus belasan ribu rupiah per kilogram. Petani pun meraup untung melimpah. Seiring berjalannya waktu, porang booming. Banyak warga kepincut dan menanam tanaman bernama ilmiah Amorphophallus muelleri itu. Bahkan, tak sedikit yang nekat ambil kredit usaha ke bank. ”Tiongkok belum membuka pintu ekspor. Semoga bisa cepat ekspor lagi agar petani mendapat harga yang layak,” ujar Warsito.
Dewan Pengawas Perkumpulan Petani Porang Indonesia (Peporindo) Dikir mengamini adanya penurunun harga porang. Menurutnya, harga umbi porang di tingkat pengepul saat ini hanya Rp 2.500 per kilogram, buntut mandeknya ekspor ke Tiongkok. ”Dengan harga seperti saat ini, petani ketar-ketir. Terutama yang baru-baru dan ambil kredit saat mulai tanam porang,” sebutnya.
Kabar baiknya, kata Dikir, sejumlah pabrik saat ini tengah menunggu semacam persetujuan ekspor dari Tiongkok. Hal itu diketahui saat dilakukan Zoom Meeting dengan sejumlah pihak terkait beberapa hari lalu. ”Antara Kementan (Kementerian Pertanian) dengan Tiongkok sudah ada komunikasi soal ekspor. Insya Allah dalam waktu cepat ada hasil baik,” pungkasnya. (den/c1/isd)