MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Inspeksi mendadak (sidak) Bupati Madiun Ahmad Dawami di Pasar Pagotan, Geger, untuk mengintervensi harga minyak goreng (migor) curah beberapa hari lalu belum membuahkan hasil. Buktinya, hingga saat ini pedagang setempat masih menjualnya di atas harga eceran tertinggi (HET).
Yakni, di kisaran Rp 21 ribu hingga Rp 24 ribu per kilogram. Jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah Rp 15 ribu. ‘’Sebenarnya kejadian seperti ini sudah menjadi hal lumrah bari para pedagang,’’ kata Wiwin, salah seorang pedagang di pasar setempat, Selasa (29/3).
Penyebabnya, lanjut dia, karena stok langka. Sementara permintaan cenderung meningkat. Apalagi, harga plastik untuk wadah migor curah ikut naik. ‘’Kondisinya seperti ini, mau bagaimana lagi,’’ ujar perempuan 54 tahun tersebut.
Situasi yang sama terjadi di Pasar Dolopo. Padahal, di pasar tersebut pemkab setempat menggelontor dengan operasi pasar (OP) pertama pasca penetapan HET. Itu terjadi lantaran konsumen cenderung mencari harga lebih murah ketimbang migor kemasan yang HET-nya dicabut. ‘’Kalau naik terus terpaksa saya tutup warung saya,’’ tutur Parmi, seorang pemilik warung makan di pasar setempat.
Sementara itu, pemkab tidak dapat berbuat banyak. Selain mengerahkan petugas untuk memantau harga migor curah di pasar-pasar tradisional. ‘’Akan kami tindak pedagang yang menjual di atas HET,’’ tegas Kasi Perdagangan Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Menengah (Disperdagkop-UM) Kabupaten Madiun Toni Agus Prasetyo. (tr2/c1/sat/her)