BANJAREJO, Jawa Pos Radar Caruban – Warga Dusun Jurug, Desa Jeruk Gulung, Balerejo, tidak bisa tidur sejak Sabtu malam (27/11) hingga Minggu dini hari kemarin (28/11). Kekhawatiran adanya banjir benar-benar terjadi, menyusul hujan yang terus mengguyur sejak sore.
Pun setelah mendengar info Dusun Jetak, Desa Muneng, dan Dusun Krapyak, Desa Purworejo, Pilangkenceng, kebanjiran pukul 19.30, Sabtu. Di Dusun Jurug, air mulai menggenangi wilayah ini pukul 02.00, Minggu. ‘’Mendengar kabar tersebut (banjir di Purworejo, Red), saya langsung mengamankan barang-barang,’’ kata Yeni, warga RT 22, RW 04, Dusun Jurug, Desa Jeruk Gulung, Balerejo, kemarin.
Beberapa barang yang rentan air diamankan. Mulai pakaian, gabah, kasur, hingga kulkas dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi seperti meja. Sedangkan, motor dititipkan ke rumah tetangga yang lokasinya lebih tinggi. ‘’Soalnya permukaan tanah rumah saya lebih rendah daripada rumah yang lain,’’ ungkapnya.
Beruntung genangan tidak terlalu tinggi. Pun belum sampai masuk ke dalam rumah. Hingga pukul 03.30 hanya sampai pelataran depan. ‘’Awal banjir pukul 02.00 masih setinggi mata kaki orang dewasa. Tapi, makin lama ketinggian air bertambah hingga sampai betis,’’ papar Yeni.
Sumarsih, istri ketua RT setempat, mengungkapkan bahwa wilayahnya diguyur hujan sejak pukul 13.00 hingga 19.00. Lalu, dia mendapat informasi bahwa wilayah Pilangkenceng kebanjiran. Sehingga, warganya mewaspadai banjir kiriman dari hulu itu. Apalagi, Rabu lalu (24/11) juga sempat banjir meski tidak begitu besar. ‘’Ada warga yang menitipkan hewan ternak sapinya di rumah saya,’’ tuturnya.
Menurut dia, trauma menghantui warga setempat sejak banjir besar 2019 lalu. Sebab, kala itu terjadi tiba-tiba. Alhasil, warga belum sempat menyelamatkan barang-barang berharganya. Pun, harus dievakuasi dengan perahu karet. ‘’Beberapa rumah terendam hingga hanya terlihat gentingnya,’’ kenangnya.
Sumarsih menambahkan, banjir ringan kemarin terjadi di RT 21, 22, dan 24. Banjir lebih parah menggenangi RT 20. Sedangkan di RT 18 dan 19 hanya sawah yang tergenang.
Nanang Wahyudi, salah seorang relawan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Madiun, menyebut bahwa banjir terjadi lantaran air Sungai Jeroan, Desa Babadan, Balerejo, meluap. Sebab, tidak bisa menampung kiriman air dari wilayah Gunung Pandan, Klumutan, Saradan. ‘’Intensitas hujan di seputar Gunung Pandan tinggi,’’ ujarnya melalui pesan WhatsApp.
Menurut dia, banjir kali ini masih kategori kecil. Sebab, ketinggian air masih sekitar betis orang dewasa. Kendati demikian, pihaknya bersama pihak yang lain tetap melakukan pemantauan lebih lanjut. ‘’Beberapa anggota kami siaga di lokasi perempatan Moneng, Balerejo,’’ jelasnya.
Terpisah, Operator Pusat Pengendali Operasional Penanganan Bencana (Pusdalops-PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun Riza Indi Probobintang mengatakan, banjir tidak hanya terjadi di Jurug, Jeruk Gulung, Balerejo. Melainkan juga terjadi di beberapa wilayah kecamatan lain.
Yakni, di Banjarsari Wetan, Dagangan (satu RT); Muneng, Pilangkenceng (dua RT); dan Sugihwaras, Saradan (dua dusun, tiga RT). Rata-rata ketinggian genangan 15 hingga 20 sentimeter. Sedangkan paling tinggi di Balerejo sekitar 60 sentimeter. ‘’Hari ini (kemarin, Red) sudah surut semua,’’ sebutnya.
Terkait peristiwa tersebut, pihaknya telah melakukan asesmen dan koordinasi dengan pemerintah desa setempat. Juga melaksanakan giat kerja bakti bersama muspika, pemerintah desa, dan destana. (tr1/c1/sat/her)