NGAWI, Jawa Pos Radar Ngawi – Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Selopuro empat tahun ke depan diprediksi sudah overload. Itu jika tidak dilakukan perluasan zona aktif pengolahan sampah maupun penambahan daya tampung.
Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dwi Rahayu Puspita Ningrum mengatakan, TPA Selopuro dalam sehari menerima sedikitnya 36 ton sampah dari wilayah Ngawi kota. ‘’Kalau tidak dibangun TPA baru, mungkin tahun 2023 sudah tidak muat (menampung sampah),’’ ujarnya Minggu (1/9).
Ayu –sapaan Dwi Rahayu Puspita Ningrum- menyebut, sejak difungsikan pada 2014 silam, sejatinya sampah di TPA Selopuro tidak sekadar ditimbun. Melainkan didaur ulang serta diolah menjadi pupuk organik. Namun, kiriman tak kunjung berkurang hingga membuat tumpukan sampah terus menggunung.
Diakuinya, luasan TPA Selopuro saat ini terbilang sempit. Dari total 5 hektare, hanya 1 hektare yang dimanfaatkan sebagai zona aktif pengolahan sampah. Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya bakal mengajukan penambahan zona serupa untuk mendongkrak daya tampung TPA. ‘’Tahun ini kami dapat anggaran Rp 1 miliar untuk DED (detail engineering design, Red). Lokasinya tetap di sana,’’ jelas Ayu.
Menurutnya, besarnya anggaran DED yang dibutuhkan tidak terlepas dari banyaknya kajian hingga melibatkan pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pun, dana pembangunan TPA yang diprediksi mencapai Rp 25 miliar-Rp 30 miliar diupayakan bisa di-back up kementerian. ‘’Anggarannya besar, daerah sulit mencukupi,’’ ungkapnya. (gen/c1/isd)