NGAWI, Jawa Pos Radar Madiun – Eksistensi Pasar Besar Ngawi (PBN) disorot kalangan legislatif setempat. Banyak kios kosong di pasar tradisional semi modern yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo 2021 lalu itu.
‘’Itu menandakan transaksi jual beli di PBN tidak sesuai yang diharapkan, harusnya lebih optimal,’’ kata Ketua DPRD Ngawi Heru Kusnindar.
Heru menyampaikan, tidak sedikit kekurangan PBN. Mulai atap yang bocor, tampias saat hujan, dan lainnya. Namun hal tersebut bukan alasan untuk mem-branding PBN menjadi pusat perbelanjaan yang ramai.
‘’Jika nanti setelah disempurnakan pada oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun ini, kondisi pasar sudah ramai,’’ ungkapnya.
Heru menilai, pasar yang sudah ada sejak 1929 itu seharusnya menjadi pusat perbelanjaan yang komplet. Semua kebutuhan masyarakat terpenuhi di PBN. ‘’Perlu diinventarisasi apa yang belum ada di PBN. Itu juga bagian untuk mem-branding ,’’ ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Tenaga Kerja (DPPTK) Ngawi mencatat 35 kios di lantai dua PBN kosong. Sementara di lantai satu 20 kios yang kosong. (sae/den)