NGAWI, Jawa Pos Radar Madiun – Kalangan guru memandang aktivitas dalam dunia pendidikan di Ngawi belum sepenuhnya normal. Sekalipun siswa SD dan SMP sederajat telah mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. ‘’Karena PTM ini masa transisi dari sebelumnya pembelajaran daring,’’ kata Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Ngawi Heri Teguh Wiyono, Sabtu (15/1/2022).
Menurut Heri, terdapat ketertinggalan materi pelajaran yang cukup jauh akibat pembelajaran daring selama hampir dua tahun. Sebab, formula pembelajaran menggunakan gadget terdapat banyak kendala. Selain karena fasilitasnya tidak terjangkau semua siswa, praktiknya juga tidak maksimal. ‘’Dalam hal pengumpulan tugas, misalnya. Rata-rata peserta didik yang melakukannya hanya 20 sampai 30 persen,’’ ujarnya.
Lubang besar pemahaman materi pelajaran coba ditutup Kemendikbudristek. Pemerintah pusat menyesuaikan kurikulum selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Siswa hanya mempelajari materi yang sifatnya substansial. ‘’Masa transisi ini diharapkan semua substansi materi pelajaran bisa diserap peserta didik. Jika dulu hanya tiga KD (kompetensi dasar, Red), nantinya harus lima KD,’’ tegasnya.
Heri berharap pemkab intens mengamati kondisi dan situasi perkembangan Covid-19. Sebab, pandemi belum sepenuhnya usai. Pun, memastikan protokol kesehatan diterapkan dengan ketat. Supaya peserta didik aman untuk mengejar ketertinggalan materi pelajaran di semester genap tahun ini. ‘’Perlu sekali penguatan materi. Apalagi akan ada ujian kelulusan, jangan sampai materi dasar kelas VI belum lengkap saat naik jenjang SMP,’’ tuturnya sembari menyebut butuh kajian setidaknya 12 bulan agar PTM 100 persen benar-benar aman. (sae/c1/cor/her)