NGAWI, Jawa Pos Radar Madiun – Merebaknya PMK sejauh ini tidak sampai membuat banderol sapi per ekornya anjlok. Harga jualnya diklaim relatif stabil. Pun, meski jumlah sapi yang dijual di pasar hewan berkurang, daya belinya masih tinggi. ‘’Masih ramai pembeli,’’ kata Sukanto, peternak sapi di Desa Karangtengah Prandon, Ngawi, Senin (16/5).
Menurut Kenthung, sapaan akrab Sukanto, harga sapi jenis limosin masih di kisaran Rp 12 juta–Rp 50 juta per ekor. Lalu, sapi peranakan ongole Rp 15 juta–Rp 60 juta per ekor. Jumlah pembeli masih tinggi lantaran sapi yang dijual kebanyakan dari peternak lokal. ‘’Apalagi ini menjelang Idul Adha,’’ ujarnya.
Kenthung sempat mengalami wabah PMK pada periode 1980-an. Karena itu, dia mampu mengidentifikasi gejala sapi terserang virus tersebut. Misalnya, ketika sapi tidak bergerak dan kedua telinganya lunglai, maka harapan untuk bertahan hidup adalah nol. ‘’Teman-teman juga sudah hafal,’’ tuturnya.
Di sisi lain, Kenthung mengapresiasi kebijakan penutupan akses masuk hewan ternak dari 11 daerah episentrum PMK. Langkah tersebut menghilangkan sedikit rasa kekhawatiran kasusnya bakal meluas ke kabupaten ini. ‘’Semoga dapat segera tertangani,’’ harapnya. (sae/c1/cor)