NGAWI, Jawa Pos Radar Madiun – Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Ngawi Wachidah Suryandari mengatakan, satu-satunya cara menyetop persebaran PMK adalah melalui vaksinasi massal. Suntikan serum antibodi ke tubuh hewan ternak itu sukses menanggulangi wabah serupa puluhan tahun silam. ‘’Wabah PMK ini sudah ada sejak 1887,’’ kata Wachidah, Senin (16/5).
Wachidah mengungkapkan, vaksinasi massal kali pertama dicoba pada 1974. Hasilnya cukup positif dengan tiadanya laporan kasus pada periode 1980–1982. Setahun berselang, foot and mouth disease kembali muncul di Jawa Tengah dan menyebar ke sejumlah daerah. Pemerintah lantas melakukan vaksinasi secara teratur saban tahunnya. ‘’Indonesia bebas dari PMK pada 1986, tapi baru diakui OIE (Organisasi Kesehatan Hewan Internasional, Red) 1990,’’ ujarnya.
Tim kesehatan hewan dari Kementerian Pertanian (Kementan) tengah meneliti tipe virus yang menyebar saat ini. Penelitian itu penting untuk penggunaan vaksin yang tepat. Sebab, diketahui ada tujuh tipe genus apthovirus dalam serangan PMK.  ‘’Kalau dulu, PMK yang menyerang Indonesia adalah tipe O,’’ sebutnya.
Wachidah menerangkan, upaya mencegah penularan sementara ini melalui pembatasan arus lalu lintas hewan ternak. Selain itu, penyemprotan cairan disinfektan ke pasar hewan. Juga, pemberian vitamin kepada hewan ternak. ‘’Karena angka penularan PMK sangat tinggi, mencapai 90 sampai 100 persen,’’ ungkapnya.
Dia mengambil contoh 10 ekor hewan ternak di dalam satu kandang. Bila satu ekor terjangkit PMK, maka sembilan lainnya dapat tertular. ‘’Daging dari hewan yang terinfeksi masih dapat dikonsumsi, tapi perlu cara khusus untuk mensterilkannya,’’ ucapnya. (sae/c1/cor)