NGAWI – Ratusan hektare lahan padi di Kecamatan Geneng terancam gagal panen. Itu seiring serangan hama tikus yang merajalela di wilayah tersebut. Tepatnya, area persawahan di perbatasan Desa Sidorejo dan Klampisan. ‘’Serangan tikus kali ini benar-benar ganas,’’ kata Sarbi, petani Klampisan, kemarin (23/10).
Akibat serangan tikus, tanaman padi di lahan milik Sarbi seluas sekitar 2.000 meter persegi nyaris tak menyisakan bulir. Melainkan tinggal jerami tanpa isi. Binatang pengerat itu mulai menyerang dua bulan lalu. ‘’Lalu saya pasang jebakan listrik. Pertama dapat 165 ekor,’’ ujarnya.
Sarbi agak tenang setelah ratusan tikus berhasil mati kesetrum. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Jebakan listrik yang tak selalu dinyalakan membuat rombongan tikus datang kembali. ‘’Habisnya dari tengah. Tahunya tikus-tikus itu berkumpul di tengah saat leb keluar semua,’’ jelas Sarbi.
Htung-hitungan kasar, serangan tikus kali ini membuat Sarbi menanggung rugi tak kurang dari Rp 30 juta. ‘’Sekarang, hama tikus menyebar ke beberapa sawah di sekitar sini. Sebelumnya kedelai yang diserang, setelah itu giliran padi,’’ ungkapnya.
Tak sedikit petani yang mesti bermalam di sawah untuk sekadar menunggu jebakan listrik supaya padi selamat, sekaligus mengantisipasi jebakan memakan korban manusia. Pun Samingun, petani asal Desa Sidoarjo, sengaja membeli genset untuk menyalakan perangkap itu. ‘’Hampir semuanya pasang jebakan listrik, itu pun sebagian lahan sudah dimakan tikus,’’ katanya.
Menurut Samingun, jebakan listrik menjadi jurus pemungkas untuk menyelamatkan padi dari serangan tikus. Pestisida, kata dia, tidak mampu mengatasi jenis hama itu.
Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Ngawi Marsudi mengaku sejauh ini belum ada laporan terkait serangan tikus tersebut kepada pihaknya. Karena itu, disperta belum mengambil langkah. ‘’Hama tikus itu secepatnya harus dikendalikan. Kalau tidak, jumlahnya bisa meningkat pesat dalam waktu singkat,’’ ujar Marsudi.
Dia mengatakan, ada berbagai metode memberantas hama tikus. Salah satunya dengan cara memberi umpan atau racun. ‘’Bisa juga dengan gropyokan, diburu dengan anjing, dan metode emposan dengan memberikan asap belerang ke sarang tikus,’’ paparnya.
Meski begitu, dia menyatakan pemberantasan tikus tidak bisa dilakukan secara mandiri, melainkan kolektif. ‘’Pengendalian tikus harus serentak. Harus bersama-sama sehamparan lahan pertanian di suatu wilayah,’’ urai Marsudi sembari menyebut pihaknya siap memfasilitasi pengendalian hama tikus maupun menyediakan sarana dan prasarananya.
Terkait jebakan tikus dengan aliran listrik, Marsudi mengklaim dilarang. Pasalnya, disperta sudah beberapa kali mendapat imbauan dari pihak kepolisian terkait bahaya penggunaan peranti tersebut. Sudah banyak kasus petani yang terkena senjata makan tuan.
‘’Kami akan segera melakukan penanganan serangan hama tikus ini secepatnya. Karena kalau tidak segera ditindaklanjuti, setelah penghujan musim tanam berikutnya, tikus jadi tambah banyak,’’ janji Marsudi. (mg8/c1/isd)