NGAWI, Jawa Pos Radar Madiun – Ketersediaan beras di Ngawi menipis. Sisanya tinggal 10 ribu ton per Kamis (26/1) lalu. Stok itu diprediksi hanya cukup untuk satu setengah bulan ke depan. Pasalnya, tingkat konsumsi beras kabupaten ini 7.500 ton per bulannya.
”Secara umum relatif masih aman,” kata Kabid Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi Dwi Rahayu Puspitaningrum kemarin (27/1).
Ayu, sapaan akrabnya, menaksir stok beras masih aman dengan memperhatikan kondisi saat ini. Yakni, memasuki pertengahan musim tanam pertama. Panen perdananya diperkirakan pertengahan bulan depan. Seiring berjalannya waktu meningkatkan jumlah ketersediaan gabah dan beras. ”Sehingga tidak terjadi kelangkaan dan harganya bisa turun,” ujarnya.
Dia mengatakan, peluang daerah berstatus lumbung padi nasional kehabisan stok beras memungkinkan. Salah satu penyebabnya, hasil panen para petani langsung dijual ke luar daerah, khususnya kota besar. Alasannya, banderol harga beras dari pedagang atau perusahaan pangan luar daerah cenderung lebih tinggi. ”Selain itu memang harus ikut mencukupi kebutuhan daerah lain,” ucapnya.
DKPP turut memantau harga beras di pasaran. Harga beras medium dari normalnya sekitar Rp 9 ribu per kilogram naik di rentang Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu. Karenanya, pemkab kerja sama dengan Bulog Madiun untuk menstabilkan sesuai harga eceran tertinggi (HET). ‘’Bulog sudah dua pekan ini memasok beras (dengan harga murah, Red) ke pasar-pasar tradisional,’’ ungkapnya. (sae/cor)