NGAWI – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bumi Orek-Orek mbendol dua bulan di akhir tahun. Dari empat korban nyawa akibat DBD, tiga di antaranya terjadi selama November dan Desember 2018. DBD merenggut nyawa seorang balita di Desa Kedungputri, Paron, pada November lalu. Sementara Desember ini, satu warga Desa Rejuno, Karangjati, dan satu warga Desa Patalan, Kendal, meningal dunia akibat DBD. ’’Yang satu kasus (meninggal dunia) lagi selama tahun ini, terjadi Januari,” kata Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Ngawi Djaswadi kemarin (30/12).
Djaswadi menampik pihaknya disebut lalai dalam menekan angka kasus DBD di Ngawi. Kendati demikian, data menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah kasus DBD tahun ini dengan tahun sebelumnya. Dikatakannya, kasus DBD tahun lalu sekitar 550 penderita. Sementara tahun ini mencapai sekitar 600 penderita. ‘’Untuk tahun ini, angka kematian akibat DBD masih di bawah satu persen,’’ ujarnya.
Sampai tahun ini, tercatat empat penderita DBD yang meninggal dunia. Tiga korban meninggal rentang waktu dua bulan terakhir pada tahun ini. Djaswadi tidak menampik maraknya teror DBD selama November dan Desember. Setidaknya, terdapat 262 kasus DBD yang terjadi selama kurun waktu tersebut. Dikatakan Djaswadi, tidak stabilnya kondisi cuaca belakangan ini ikut menyokong jumlah kasus DBD di Ngawi. ’’Cuaca yang panas lalu tiba-tiba hujan atau sebaliknya, sangat membantu perkembangabiakan nyamuk,’’ tuturnya.
Djaswadi menyayangkan kondisi kasus DBD yang mbendol di pengujung tahun. Pun, dengan tiga penderita DBD yang tidak terselamatkan selama dua bulan terakhir itu. Dia mafhum pihaknya memang yang bertanggung jawab terhadap urusan kesehatan, khususnya wilayah Ngawi. Namun, dia juga mengharapkan peran serta masyarakat untuk mengantisipasi maraknya DBD. ’’Kuncinya sebenarnya ada di masyarakat sendiri. Siklus pertumbuhan nyamuk itu 10 hari. Kalau masyarakat sadar dan mau rutin menguras tempat penampungan air seminggu sekali saja, sudah tidak ada lagi DBD. Kalau fogging itu sudah merupakan upaya pembasmian nyamuk, setelah muncul kasus DBD,’’ paparnya.
Terkait melonjaknya kasus DBD di Ngawi selama dua bulan terakhir ini, dinkes setempat akan mengevaluasi beberapa hal. Dikatakan Djaswadi, pihaknya akan mengecek kesiapan puskesmas dalam menangani DBD. Pun, akan dilakukan peningkatan tata laksana manajemen penanganan DBD kepada rumah sakit. ’’Masing-masing puskesmas sudah dilengkapi alat untuk mendeteksi DBD secara dini. Untuk rumah sakit akan dilakukan pengecekan tentang penanganannya. Kalau memang kurang, berarti butuh refresh tenaga medis yang khusus untuk DBD,’’ pungkasnya. (mg8/c1/ota)