PACITAN, Jawa Pos Radar Madiun – Menjamurnya coffee shop di Pacitan turut mengerek produksi kopi lokal. Saban desa saling berlomba mengembangkannya. Beberapa di antaranya berhasil go national.
Plt Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pacitan Gatut Winarso mengatakan, kopi mulai menjadi komoditi yang dilirik para petani. Luasan tanam dan produksinya terus mengalami peningkatan. ‘’Petani kian bersemangat bertanam kopi karena pasarnya semakin luas dan kebutuhannya tinggi,’’ ujarnya, Sabtu (7/5).
Pada 2020 lalu, produksi kopi lokal tembus 396 ton. Setahun berikutnya meningkat hingga menjadi 1 ton. Di level Jawa Timur, produksi kopi dari kabupaten ini sanggup memenuhi kebutuhan hingga 70 persen. ‘’Tingkat konsumsi kopi di kalangan masyarakat selalu tinggi,’’ ungkapnya.
Geografis Pacitan memang cocok untuk dijadikan lahan pertanian kopi. Dari 12 kecamatan, lima di antaranya cukup subur untuk ditanami kopi. Seperti Nawangan, Bandar, Tegalombo, Tulakan, dan Kebonagung. Maklum, daerah-daerah tersebut berada di ketinggian sehingga memiliki suhu dingin yang cukup stabil. ‘’Paling terkenal kopi Nawangan dan kopi Gembuk-nya Kebonagung,’’ sebutnya.
Sayangnya, sebagian besar tanaman kopi berusia tua. Pengembangan bibitnya telah turun-temurun sejak zaman Belanda. Tingkat kesuburannya dikhawatirkan mulai berkurang. Diharapkan petani mulai melakukan peremajaan tanaman. Pemerintah siap mendampingi dan memfasilitasi. ‘’Pak Bupati (Indrata Nur Bayuaji, Red) juga mulai concern dengan tanaman ini karena memang kebutuhannya besar sekali,’’ pungkasnya. (gen/c1/fin)