PACITAN, Jawa Pos Radar Pacitan – Pemkab Pacitan mencatat ada sekitar 500 sumur di seluruh wilayah kabupaten ini. Data tersebut masih akan diverifikasi dinas pekerjaaan umum dan penataan ruang (DPUPR), badan perencanaan pembangunan daerah (bappeda), dinas pertanian, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), dan organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya. ‘’Untuk difungsikan kembali,’’ kata Bupati Pacitan Indartato Rabu (9/10).
Camat hingga kepala kelurahan dan desa juga diinstruksikan menginventarisasi sumur bor di wilayahnya. Baik yang mangkrak, masih berfungsi, maupun perlu perbaikan. Menurut Pak In, sapaan Bupati Indartato, banyaknya sumur bor yang mangkrak nyaris sama penyebabnya. Yakni, tingginya biaya operasional. Sehingga sumur bor tidak digunakan dan berujung kerusakan. ‘’Pengalaman sejak 1970-an, mangkrak karena biaya operasional,’’ ungkap Pak In.
Pemkab sedang mengkaji penggunaan teknologi sumur sollar cell. Tidak lagi menggunakan mesin pompa berbahan bakar minyak (BBM) atau listrik, namun memanfaatkan pompa bertenaga surya untuk menyedot air dari sumur. Teknologi tersebut dinilai lebih efektif dan efisien. Sebab, tidak butuh biaya operasional untuk membeli bahan bakar atau listrik. Bahkan, tanpa biaya. ‘’Alat bertenaga matahari bisa dimanfaatkan,’’ imbuhnya.
Menurut Pak In, kajian telah dilakukan DPUPR dan bappeda. Kendalanya, saat musim penghujan. Pasalnya, kebutuhan tenaga surya sulit didapat. Meski begitu, kondisi tersebut bukan masalah utama. Sebab, manfaat sollar cell tersebut untuk mengantisipasi kekeringan saat musim kemarau. ‘’Kebutuhan air terbanyak pada musim kemarau, ’’ bebernya.
Pak In menyebut, sumur tenaga surya sudah direalisasikan di empat titik. Salah satunya di Desa Sambong, Pacitan. Empat titik sumur sollar cell itu sebagai pilot project. Harapannya bisa digunakan di sebagian besar wilayah Pacitan tahun depan. ‘’Semoga dropping air ke desa-desa semakin berkurang,’’ harapnya.
Pemkab Pacitan tidak bisa bekerja sendiri. Untuk mengaktifkan kembali ratusan sumur bor dengan memanfaatkan tenaga surya, butuh kerja sama dengan berbagai pihak. Di antaranya lembaga swadaya masyarakat (LSM), pihak swasta, hingga donatur lainnya. ‘’Harapan kami tahun 2020 sudah banyak yang memanfaatkan,’’ ucapnya. (odi/c1/sat)