PACITAN, Jawa Pos Radar Madiun – Nyaris seluruh wilayah kecamatan di Pacitan rawan longsor. Namun demikian, dukungan mitigasi bencana berupa early warning system (EWS) dinilai masih kurang. Adapun alat pendeteksi longsor yang saat ini dimiliki oleh BPBD setempat hanya terdapat tiga unit.
Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Erwin Andriatmoko mengatakan, ketiga alat pendeteksi pergerakan tanah itu tersebar di Desa Glingangan, Sedeng dan Purworejo. Sementara tercatat 99 desa di Pacitan termasuk dalam zona merah longsor. ‘’Seperti di (Desa) Karanganyar dan Petungsinarang itu seharusnya sudah ada alat pendeteksi pergerakan tanah,’’ katanya kemarin (15/3).
Dia mengaku usulan tersebut sudah disampaikan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Namun, pihaknya tak mematok berapa banyak usulan bantuan EWS. Dia hanya memberikan peta potensi pergerakan tanah yang ada di 12 kecamatan. ‘’Saya tidak mematok dan hanya menyerahkan data berdasarkan rekom kami itu di beberapa wilayah yang berpotensi mengalami pergerakan tanah,’’ terang mantan Camat Tegalombo tersebut.
Di sisi lain, Erwin tak menampik alat pendeteksi longsor yang ada saat ini juga sempat mengalami gagal fungsi. Salah satu contohnya EWS yang ada di Desa Purworejo. Bantuan alat dari PVMBG itu sempat tak menyala saat terjadi peristiwa pergerakan tanah di desa tersebut. ‘’Untuk perawatannya (sebenarnya) pengecekannya rutin,’’ ujarnya.
Selain alat pendeteksi pergerakan tanah, pihaknya juga mengupayakan bantuan Earthquake Warning Alert System (EWAS) ke BMKG. Hal ini dilakukan lantaran di Pacitan hanya terdapat satu alat pendeteksi gempa. Sementara, di daerah pesisir pantai lainnya tidak ada. ‘’Harapan kami itu untuk percepatan informasi. Saya berharap usulan kami bisa direalisasikan oleh BMKG. Terutama di wilayah pesisir seperti Ngadirojo, Pringkuku, Donorojo, dan Sudimoro,’’ jelas Erwin. (gen/her)