25.2 C
Madiun
Monday, March 27, 2023

Pencipta Kesenian Kethek Ogleng Berpulang

PACITAN, Jawa Pos Radar Madiun – Seniman legendaris pencipta kethek ogleng berpulang. Sukiman atau yang akrab disapa Mbah Sutiman mengembuskan napas terakhirnya di RSU Maguan Husada, Wonogiri, Jawa Tengah, pukul 08.00 kemarin (18/1).

Maestro asal Desa Tokawi, Nawangan, Pacitan, itu sempat menjalani perawatan di rumah sakit selama lima hari. Seniman 76 tahun itu mengeluhkan sesak napas dan mengidap bronkitis akut. ”Almarhum sesak napas,” tutur Sukisno, kerabat sekaligus murid almarhum.

Kethek ogleng diciptakan Mbah Sutiman 1962 silam. Sutiman muda tertarik dengan polah tingkah kera yang muncul di hutan sekitar rumahnya. Kelincahan gerak-gerik hewan primata itu menggugah ketertarikannya. Kera yang jarang menampakkan diri, membuatnya kesulitan mengeksplorasi menjadi sebuah gerak koreografi. Akhirnya, Sutiman melancong ke Sriwedari, Solo. Mempelajari gestur kera ketika bercengkerama, makan, berjalan, bergelantungan, dan tingkah polah lainnya.

Baca Juga :  Pemkab Pacitan "Dipaksa" Siapkan Rp 69 Miliar untuk Bayar Gaji 1.041 PPPK

Kegigihan Sutiman mempelajari gerak-gerik kera membuahkan mahakarya tari yang melekat dengan tradisi di Pacitan. Kesenian tradisional ciptaannya itu telah berkembang luas dan kerap dipentaskan di berbagai event lokal hingga nasional. Kerap dijadikan tari penyambutan tamu luar daerah saat berkunjung ke Pacitan. Penarinya yang berkostum ala Hanoman selalu mendapat sambutan hangat di hati masyarakat. Pada 2019 silam, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mematenkan seni pertunjukan kethek ogleng sebagai warisan budaya tak benda. (gen/c1/fin/her)

PACITAN, Jawa Pos Radar Madiun – Seniman legendaris pencipta kethek ogleng berpulang. Sukiman atau yang akrab disapa Mbah Sutiman mengembuskan napas terakhirnya di RSU Maguan Husada, Wonogiri, Jawa Tengah, pukul 08.00 kemarin (18/1).

Maestro asal Desa Tokawi, Nawangan, Pacitan, itu sempat menjalani perawatan di rumah sakit selama lima hari. Seniman 76 tahun itu mengeluhkan sesak napas dan mengidap bronkitis akut. ”Almarhum sesak napas,” tutur Sukisno, kerabat sekaligus murid almarhum.

Kethek ogleng diciptakan Mbah Sutiman 1962 silam. Sutiman muda tertarik dengan polah tingkah kera yang muncul di hutan sekitar rumahnya. Kelincahan gerak-gerik hewan primata itu menggugah ketertarikannya. Kera yang jarang menampakkan diri, membuatnya kesulitan mengeksplorasi menjadi sebuah gerak koreografi. Akhirnya, Sutiman melancong ke Sriwedari, Solo. Mempelajari gestur kera ketika bercengkerama, makan, berjalan, bergelantungan, dan tingkah polah lainnya.

Baca Juga :  Harga Cabai Rawit di Pacitan Melambung Selangit

Kegigihan Sutiman mempelajari gerak-gerik kera membuahkan mahakarya tari yang melekat dengan tradisi di Pacitan. Kesenian tradisional ciptaannya itu telah berkembang luas dan kerap dipentaskan di berbagai event lokal hingga nasional. Kerap dijadikan tari penyambutan tamu luar daerah saat berkunjung ke Pacitan. Penarinya yang berkostum ala Hanoman selalu mendapat sambutan hangat di hati masyarakat. Pada 2019 silam, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mematenkan seni pertunjukan kethek ogleng sebagai warisan budaya tak benda. (gen/c1/fin/her)

Most Read

Artikel Terbaru