PACITAN – Yati punya kesibukan baru. Pedagang sandal di Pasar Arjowinangun Pacitan itu harus mengepel lantai kiosnya setiap kali turun hujan. Sebab, atap di depan kiosnya trocoh (bocor) jika hujan intensitas sedang hingga deras mengguyur. ‘’Kalau hujan lebat lebih parah lagi, airnya gembrajak,’’ kata Yati kemarin (21/1).
Meski baru setahun dibangun, jika hujan turun, air kerap merembes dari talang depan kiosnya. Akibatnya, area sekitar tempatnya buka lapak menjadi kebloh (basah kuyub). Sehingga, pembeli yang lewat harus menghindari genangan. Artinya, menjauh dari kiosnya. Meski telah ditampung di ember tapi kerap membeludak. ‘’Di tampung pun percuma, soalnya ada beberapa titik yang bocor,’’ sebutnya.
Pedagang lain yang berdekatan dengan kiosnya pun merasakan kondisi serupa. Setidaknya ada empat hingga lima kios terdampak rusaknya talang itu. ‘’Sering saya sendiri yang bersihkan. Bahkan, kemarin saat hari pertama hujan, lebih parah. Airnya meluber hingga ujung kios,’’ ungkap Yati.
Selain di blok sepatu dan sandal bagian depan pasar, atap bocor juga dirasakan pedagang di blok lain. Bahkan, jalan depan kios becek tergenang. Lorong jalan yang sempit juga menambah kondisi kian kumuh hingga pembeli enggan melalui. ‘’Kalau hujan, sudah pasti siap-siap ember dan baskom,’’ kesal Harlin, salah seorang pedagang di blok makanan ringan.
Untuk mengantisipasi dagangannya rusak, Harlin menutupinya dengan plastik transparan. Pasalnya, jika dibiarkan terbuka dia khawatir dagangannya jamuran hingga tak layak konsumsi. ‘’Kalau basah gampang rusak,’’ beber Herlin sembari menyebut banyak kios lain yang bernasib sama.
Dia menambahkan, beberapa waktu lalu pengelola pasar berkali-kali menyurvei kondisi tersebut. Pun dia sempat dimintai keterangan terkait kondisi pasar saat hujan. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan atap bocor itu. ‘’Sudah ada survei, tapi sepertinya cuma dilihat,’’ sesalnya. (mg6/c1/sat)