PACITAN, Jawa Pos Radar Madiun –  Cuaca lautan sedang tidak bersahabat. Angin kencang yang berhembus setiap saat memicu terjadinya gelombang pasang. Di musim ekstrem ini, nelayan pilih memarkirkan perahunya di Pelabuhan Tamperan. Kebanyakan dari mereka menghindari segala aktivitas di tengah lautan.
Waktu senggang ini dimanfaatkan untuk memperbaiki perahu dan jaring. ‘’Gelombang sedang pasang. Ikan jadi sulit ditangkap,’’ terang Dadiyo, nelayan Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (24/5).
Situasi tak menguntungkan ini rupanya telah berlangsung sejak dua bulan terakhir. Beruntung, cuaca ekstrem ini tak mengganggu kelancaran libur lebaran silam. ‘’Sejak sebelum lebaran kondisinya sudah seperti ini. Biasanya dua pekan di lautan bisa pulang membawa lebih dari 10 ton ikan. Tapi sekarang, setengah bulan melaut paling banter hanya membawa 1 ton,’’ ujarnya.
Sepinya tangkapan ikan ini memberikan efek domino bagi pedagang di tempat pelelangan. Kelangkaan komoditas ikan ini membuat harganya kian melambung di pasaran. ‘’Tiap kilogram mundak Rp 5.000. Tuna Rp 25 ribu, cakalang Rp 15 ribu, banyar teropong Rp 22 ribu,’’ terang Yulida Husni, penjual ikan di Tamperan.
Belum ada yang tahu pasti kapan situasi ini pulih kembali. Jika harga ikan terus mengalami peningkatan, tentu efek yang dirasakan semakin meluas. Padahal peningkatan harganya telah berlangsung jauh hari sebelum lebaran. ‘’Ikan yang masuk ke pedagang paling banyak 2 kuintal. Kalau pasokan dari nelayan lekas stabil tentu harganya ikut stabil,’’ pungkasnya. (hyo/fin)