PACITAN, Jawa Pos Radar Pacitan – Buku pelajaran tematik itu hanya dilihat sesaat oleh Indrata Nur Bayuaji. Seraya mengangguk paham, bupati Pacitan itu mengambil spidol hitam dari meja guru. Tangannya cekatan saat membuat garis lekung lurus hingga beberapa lingkaran disatukannya membentuk gambar ayam. ‘’Ada yang tahu ayam itu termasuk hewan pemakan apa?,’’ tanya Aji, sapaan Indrata Nur Bayuaji, memulai pelajarannya di hadapan siswa kelas V SDN Pacitan, Kamis (25/11).
Ruang kelas, kapur, spidol, dan papan tulis memang bukan hal baru. Sebelum terjun ke dunia politik 2009 silam, sudah lima tahunan dirinya menjadi pendiri sekaligus pengajar di salah satu taman kanak-kanak (TK). ”Tentu rasanya beda mengajar siswa SD dan TK. Tapi, ini cukup mengobati kangen,” ucapnya.
Aji paham besarnya tanggung jawab yang dibebankan di pundak guru. Bukan perkara gampang memberikan asupan pendidikan sebagai bekal kehidupan mendatang. Pun, butuh effort (usaha) tinggi di masa pandemi ini. Tut wuri handayani senantiasa dipedomani. ‘’Guru harus bisa menyesuaikan kondisi sembari memastikan hak pendidikan muridnya terpenuhi,” ujarnya.
Guru mutlak mencintai profesi dan setiap anak didiknya. Jika menjalani pekerjaan dengan hati riang nan lapang, pembelajaran akan terasa ringan dan mudah berkembang. ‘’Kalau sudah merasa senang dengan anak dan profesinya, saya rasa tidak ada yang sulit,’’ tuturnya. (gen/c1/fin/her)