PACITAN, Jawa Pos Radar Madiun – Jalan raya menjadi medan pencabut nyawa bagi sejumlah pelajar di Pacitan. Sepanjang bulan ini, pihak Satlantas Polres Pacitan mencatat terdapat dua pelajar yang nyawanya melayang karena terlibat laka lantas.
‘’Ada 11 pelajar yang menjadi korban laka lantas sepanjang Januari 2023. Dua orang (pelajar) di antaranya meninggal dunia,’’ kata Kanit Gakkum Satlantas Polres Pacitan Aiptu Jani Agus Siswanto kemarin (27/1).
Kasus teranyar dialami oleh Muhammad Dicki Setia, Kamis (26/1) lalu. Pelajar SMK Kebonagung itu tewas setelah terlibat kecelakaan dengan truk boks di Jalan Raya Pacitan-Tulakan masuk Desa Ketro, Kecamatan Kebonagung. Sementara, jika dibandingkan dengan tahun lalu terdapat 78 kasus laka lantas yang melibatkan pelajar.
Jani menambahkan para pelajar ini celaka saat berkendara sendiri maupun diboncengkan orang lain. Rata-rata belum cukup umur untuk berkendara. Padahal, hal itu jelas dilarang. Mengingat, pelajar yang belum berusia 17 tahun tidak memiliki kelayakan mengemudi. Baik dari psikologis maupun kematangan yang lain.
‘’Hal ini tentunya menjadi atensi kami untuk menekan angka kecelakaan yang melibatkan pelajar,’’ ujarnya.
Seharusnya, menurut dia, orang tua juga harus mengingatkan anaknya. Begitu pula guru saat pelajar berada di sekolah. Anak-anak yang belum layak berkendara tidak serta merta diizinkan membawa kendaraan bermotor sendiri. Namun demikian, kondisi geografis di Pacitan juga menjadi kendala. Mayoritas pelajar yang menjadi korban laka lantas itu rumahnya jauh dari sekolah.
Sebagai upaya pencegahan, lanjut Jani, pihaknya tak pernah lelah menyosialisasikan hal itu kepada pelajar. Bahkan, pihaknya juga telah meminta sejumlah pemerintah desa (pemdes) untuk menyediakan angkutan sekolah.
‘’Sudah ada desa yang menyediakan angkutan antar jemput pelajar. Seperti di Karanganyar (Kebonagung), Pringkuku, Donorojo dan (Desa) Punung. Ke depannya, kami berharap semua desa ada kendaraan antar jemput siswa,’’ harap Jani. (gen/her)