PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Gelombang protes seniman reyog telah berlangsung sejak Kamis (7/4) malam. Bupati Sugiri Sancoko ikut bergabung dan menabuh kendang di alun-alun Ponorogo. Tak seujung kuku warga Indonesia rela reyog diklaim Malaysia.
Para seniman mendesak pemerintah pusat segera mengambil sikap tegas. Mereka menilai mencuatnya kembali kabar reyog diklaim negara tetangga itu buntut kurangnya perhatian. Apalagi progres pengusulannya agar mendapat pengakuan dunia tak kunjung menuai kepastian. ‘’Masyarakat Ponorogo sangat prihatin dan menyesalkan jika reyog sampai diklaim Malaysia,’’ kata Hari Purnomo, koordinator aksi.
Mbah Pur –sapaan Hari Purnomo– menyebutkan, aksi pertama dimulai dengan melibatkan para seniman di kawasan kota. Ada sepuluh dadak merak dimainkan di alun-alun. Satu dadak merak disertai tulisan bernada tuntutan. ‘’Aksi ini spontan kami lakukan,’’ ujarnya.
Dini hari keesokannya, seniman-seniman reyog di pedesaan serentak menggelar pertunjukan. Melibatkan paguyuban di masing-masing desa. Di waktu sama, paguyuban reyog di berbagai daerah di tanah air turut melakukan hal sama. ‘’Kenapa bisa diklaim? Yang paling penting itu kurangnya perhatian pemerintah pusat tak segera mendaftarkan ke ICH UNESCO,’’ ungkapnya.
Seniman menyayangkan sikap pemerintah pusat yang dianggap setengah hati nguri-uri seni budaya reyog. ‘’Kami meminta Mas Menteri (Nadiem Makarim, Red) segera mengusulkan reyog ke UNESCO,’’ tuturnya. (kid/c1/fin/her)