PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Bupati Sugiri Sancoko tak ingin kepalang tanggung memperjuangkan kesenian adiluhung. Orang nomor satu di Ponorogo itu melayangkan surat keberatan ke Kemendikbudristek.
Garis besar isi surat mempertanyakan hasil pemilihan nominasi yang diajukan ke ICH UNESCO. Surat itu mewakili desakan seniman, juga komunitas reog yang sejak beberapa hari belakangan tak henti menggelar aksi massal. ‘’Tak ada yang dapat kami perbuat selain berkirim surat keberatan ini,’’ kata Kang Giri, sapaan Sugiri Sancoko, kemarin (11/4).
Lewat surat itu, bupati kembali mempertegas bahwa reog masuk dalam prioritas elemen yang terancam punah. Kajian melalui urgent safeguarding list (USL) mendapati fakta di lapangan bahwa para seniman tidak dapat manggung lantaran pandemi. Aktivitas perajin, sanggar, maupun regenerasi mandek. ‘’Itu sudah sesuai arahan UNESCO dan kenapa Mas Menteri (Nadiem Makarim, Red) malah tidak sesuai arahan UNESCO?’’ tukasnya.
Bupati juga mendesak agar pemilihan nominasi disertai surat keputusan tertulis dan hasil penilaian tim dari Kemendikbudristek. Bukan sekadar lewat lisan. Bupati berharap apa yang telah disuarakan seniman reog didengar pemerintah pusat. Apalagi empat hari belakangan aksi hebat itu digelar masif oleh komunitas di alun-alun dan setiap desa di Ponorogo.
‘’Kami tidak mengadu jamu dan reog, tapi bicara urgensi. Mana yang perlu didahulukan. Belum lagi klaim Malaysia yang akan mengajukan ke UNESCO yang namanya barongan (singo barong, Red),’’ ujarnya. (kid/c1/fin/her)