PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Ini bukan sekadar soal pengklaiman. Namun, lebih pada upaya mengapresiasi sejarah keaslian budaya dan jati diri bangsa. Itulah yang menjadi salah satu penopang sendi kekuatan pariwisata Indonesia. ‘’Tidak penting persoalan klaim, tapi ini soal sejarah dan kebanggaan bangsa,’’ kata Taufan Rahamadi, pegiat Pariwisata Indonesia, Selasa (12/4).
Taufan mengingatkan, kemungkinan klaim itu bisa saja terjadi. Jika pemerintah tak serius dalam memperjuangkan budaya warisan leluhur bangsa agar mendapatkan pengakuan dunia. Jika itu sampai terjadi, bangsa ini bakal kehilangan aset budaya yang menjadi kekuatan pariwisata Indonesia. ‘’Jangan sampai harga diri bangsa diambil negara lain. Jika benar reog diakui negara lain, maka wisatawan dari luar negeri yang semua datang ke Indonesia untuk melihat pertunjukan reog, akan beralih ke negara lain,’’ ujarnya.
Sudah saatnya pemerintah melakukan langkah strategis. Reog Ponorogo pantas mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Inventarisasi budaya asli menjadi poin penting agar negeri ini tak kecolongan. ‘’Bagaimana nasib anak cucu ketika budaya asli Indonesia ternyata diakui oleh negara lain,’’ tegasnya.
Dia turut mendesak Mendikbudristek Nadiem Makarim agar menempatkan inventarisasi budaya sebagai prioritas program kerjanya. Taufan menyatakan bahwa budaya jamu sehat juga merupakan milik bangsa Indonesia. Namun, dia menilai fokus perlindungan terhadap reog lebih mendesak untuk dikedepankan. ‘’Kalau sejak awal sudah ada inventarisasi yang baik, tidak akan kecolongan,’’ tuturnya. (kid/c1/fin/her)