Mengabadikan gambar dari udara mulai menjadi gaya hidup masyarakat modern. Banyak sudah yang memiliki kamera drone meski harganya selangit. Kini drone tak lagi sekadar teknologi bagi para pelaku multimedia. Tak sedikit yang memilikinya demi memuaskan hasrat ‘’bermain’’.
———–
MIZAN AHSANI, Kauman
ADA anggapan bahwa semakin dewasa laki-laki, mainannya tidak semakin kecil. Sebaliknya, justru bakal semakin besar. Anggapan itu dapat menjelaskan kegemaran puluhan anggota komunitas Ponorogo Drone Community (Podroc). Duit jutaan rupiah rela mereka tebus demi kegemaran. ‘’Ada kepuasan tersendiri, serasa terbang,’’ ujar Agus Waluyo, 34, anggota Podroc ketika ditanya kepuasan memainkan kamera drone.
Podroc baru berhimpun setahun terakhir. Tergolong muda untuk sebuah komunitas. Bahkan, belum mempunyai susunan organisasi yang sah diakui seluruh anggota. Belum ada ketua, sekretaris, ataupun bendahara. Seperti lazimnya perkumpulan lainnya. ‘’Masih proses penyusunan,’’ kata dia.
Agus bercerita awal mula berdirinya Podroc. 2018 lalu, kamera drone sudah menjadi barang yang dicap tak lagi eksklusif bagi warga Ponorogo. Karena itu, banyak yang kemudian memiliki. Termasuk Agus, yang membeli kamera drone DJI Mavic Pro, yang ditebusnya Rp 11 juta. Awalnya, para user kamera drone itu terbang sendiri-sendiri. ‘’Dari awalnya sama-sama punya, kemudian muncul ide kenapa tidak membentuk komunitas. Akhirnya delapan orang merintis komunitas ini,’’ ujarnya.
Delapan orang yang ada lantas menggelar berbagai kegiatan. Salah satunya yakni kopi darat (kopdar) yang digelar konsisten tiap Minggu pagi, di car free day (CFD) Jalan Suromenggolo. Di sana, anggota komunitas acap menerbangkan kamera drone untuk unjuk gigi. Podroc juga membuka ruang diskusi bagi warga yang berminat untuk tahu lebih banyak tentang kamera yang terbang dengan mekanisme baling-baling itu. ‘’Lambat laun bertambah, anggotanya jadi 30 orang sampai sekarang,’’ ungkap bapak tiga anak asal Dukuh Jaten, Desa/Kecamatan Slahung tersebut.
Setiap kopdar, banyak ilmu baru yang dibagikan sesama user. Tak hanya kiat mengoperasikan agar karya visual yang didapat semakin maksimal. Agus juga belajar secara otodidak kepada para rekannya untuk bisa mengoprek kamera drone. ‘’Akhirnya saya mulai bisa memperbaiki. Dari awalnya bantu-bantu, sekarang bisa melayani servis sendiri,’’ kata dia, kepada Radar Ponorogo.
Lantas, apa sebenarnya kepuasan dalam mengoperasikan kamera drone? Bagi Agus sekalipun, rasa yang diperoleh tak mampu dia jelaskan dengan kata. ‘’Ya kepuasan saja. Susah menjelaskannya. Intinya menyenangkan menyaksikan sesuatu dari atas, seolah seperti terbang langsung di atasnya,’’ sebutnya.
Setidaknya, lanjut Agus, dirinya mampu memetik banyak hal positif dari komunitas barunya. Begitu pula puluhan user kamera drone yang lain. ‘’Banyak teman banyak rezeki. Podroc tidak hanya menjadi ruang berbagi ilmu. Namun juga berbagai informasi, termasuk jual beli. Dari komunitas saya juga mulai bisa menjalankan usaha jual beli kamera drone,’’ terang Agus.*** (fin)