29.7 C
Madiun
Tuesday, March 28, 2023

Telaga Sarean Muncul Dadakan di Ponorogo

PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Bukan keseleo lidah dari kata Telaga Sarangan jika muncul nama Telaga Sarean. Ini adalah telaga dadakan setelah ratusan makam di Dusun Krajan, Ngadirojo, Sooko, Ponorogo, tenggelam oleh luapan air Waduk Bendo pada medio Desember lalu. Sebutan Sarean sengaja dipakai sebagai krama alus dari kata makam.

Telaga Sarean mulai terkenal sejak sejumlah objek wisata tutup dampak pandemi Covid-19. Masyarakat sengaja berburu wisata lokal untuk menghilangkan penat. Namun, Kabid Destinasi dan Industri Wisata di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo Bambang Hemawan buru-buru mengatakan bahwa terlalu prematur menyebut Telaga Sarean sebagai destinasi wisata baru. ‘’Untuk dijadikan destinasi wisata belum bisa,’’ tegas Bambang, Senin (17/1/2022).

Menurut dia, harus ada izin dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo selaku pemilik Waduk Bendo. Sebab, telaga itu masuk wilayah genangan air waduk. Sedangkan kawasan hutan di sekelilingnya milik Perusahaan Umum Kehutanan Indonesia (Perhutani). Bambang mengatakan, status Waduk Bendo masih di tangan kontraktor lantaran pembangunannya belum selesai. ‘’Harus melalui persetujuan kedua pihak (BBWS dan Perhutani, Red),’’ terangnya.

Bambang juga menegaskan, wisata lokal belum serta-merta milik desa setempat. Awal Januari lalu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan warga dan Pemdes Ngadirojo. Pihaknya menyarankan untuk membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) jika ingin menjadikan Telaga Sarean sebagai bagian dari desa wisata. ‘’Wajib ada surat keputusan yang menetapkan Telaga Sarean sebagai objek wisata,’’ paparnya.

Baca Juga :  Gedung Baru Kado Satu Abad NU

Warga setempat sudah mengurus memorandum of understanding (MoU) dengan BBWS Bengawan Solo. Sejak telaga itu ramai pengunjung, masyarakat sekitar sudah merasakan manfaat dengan mendirikan warung makan dan minum. Selain itu, ada pungutan retribusi parkir kendaraan. ‘’Retribusi parkir sebelumnya belum diperbolehkan karena belum resmi menjadi objek wisata. Kami menyarankan penitipan kendaraan,’’ jelasnya.

Di Telaga Sarean tersedia getek bambu yang dipakai warga menyeberang untuk mencari rumput. Pemilik getek sengaja menyewakannya ke pengunjung. Bambang menilai bahwa persewaan alat transportasi air itu mengundang bahaya. ‘’Sempat disewakan dan langsung kami larang,’’ tuturnya.

Terpisah, Rahayu Mahanani, pejabat pembuat komitmen (PPK) Pengadaan Tanah Pembangunan Bendungan BBWS Bengawan Solo, menyebut bahwa persoalan status makam yang terdampak Waduk Bendo sudah selesai. Setelah berdiskusi dengan warga sekitar, pihaknya setuju memindahkan makam secara simultan (berbarengan). ‘’Memang area itu masuk genangan. Jadi, pasti tergenang,’’ ungkapnya. (mg7/c1/hw)

PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Bukan keseleo lidah dari kata Telaga Sarangan jika muncul nama Telaga Sarean. Ini adalah telaga dadakan setelah ratusan makam di Dusun Krajan, Ngadirojo, Sooko, Ponorogo, tenggelam oleh luapan air Waduk Bendo pada medio Desember lalu. Sebutan Sarean sengaja dipakai sebagai krama alus dari kata makam.

Telaga Sarean mulai terkenal sejak sejumlah objek wisata tutup dampak pandemi Covid-19. Masyarakat sengaja berburu wisata lokal untuk menghilangkan penat. Namun, Kabid Destinasi dan Industri Wisata di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo Bambang Hemawan buru-buru mengatakan bahwa terlalu prematur menyebut Telaga Sarean sebagai destinasi wisata baru. ‘’Untuk dijadikan destinasi wisata belum bisa,’’ tegas Bambang, Senin (17/1/2022).

Menurut dia, harus ada izin dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo selaku pemilik Waduk Bendo. Sebab, telaga itu masuk wilayah genangan air waduk. Sedangkan kawasan hutan di sekelilingnya milik Perusahaan Umum Kehutanan Indonesia (Perhutani). Bambang mengatakan, status Waduk Bendo masih di tangan kontraktor lantaran pembangunannya belum selesai. ‘’Harus melalui persetujuan kedua pihak (BBWS dan Perhutani, Red),’’ terangnya.

Bambang juga menegaskan, wisata lokal belum serta-merta milik desa setempat. Awal Januari lalu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan warga dan Pemdes Ngadirojo. Pihaknya menyarankan untuk membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) jika ingin menjadikan Telaga Sarean sebagai bagian dari desa wisata. ‘’Wajib ada surat keputusan yang menetapkan Telaga Sarean sebagai objek wisata,’’ paparnya.

Baca Juga :  Kepala BPKAD Ponorogo Sebut Tunggakan Pajak Kendaraan Tanggungan OPD

Warga setempat sudah mengurus memorandum of understanding (MoU) dengan BBWS Bengawan Solo. Sejak telaga itu ramai pengunjung, masyarakat sekitar sudah merasakan manfaat dengan mendirikan warung makan dan minum. Selain itu, ada pungutan retribusi parkir kendaraan. ‘’Retribusi parkir sebelumnya belum diperbolehkan karena belum resmi menjadi objek wisata. Kami menyarankan penitipan kendaraan,’’ jelasnya.

Di Telaga Sarean tersedia getek bambu yang dipakai warga menyeberang untuk mencari rumput. Pemilik getek sengaja menyewakannya ke pengunjung. Bambang menilai bahwa persewaan alat transportasi air itu mengundang bahaya. ‘’Sempat disewakan dan langsung kami larang,’’ tuturnya.

Terpisah, Rahayu Mahanani, pejabat pembuat komitmen (PPK) Pengadaan Tanah Pembangunan Bendungan BBWS Bengawan Solo, menyebut bahwa persoalan status makam yang terdampak Waduk Bendo sudah selesai. Setelah berdiskusi dengan warga sekitar, pihaknya setuju memindahkan makam secara simultan (berbarengan). ‘’Memang area itu masuk genangan. Jadi, pasti tergenang,’’ ungkapnya. (mg7/c1/hw)

Most Read

Artikel Terbaru