PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Potret buram prostitusi berkedok warung remang pernah diulas Jawa Pos Radar Madiun dalam liputan khusus (lipsus) bertajuk ‘’Sekali Mlebu Satus Ewu’’ edisi Rabu, 9 Maret 2022 lalu. Dalam lipsus tersebut, Jawa Pos Radar Madiun menemukan ada dua lokasi yang ditengarai dijadikan praktik bisnis lendir.
Yakni, deretan warung di Jalan Raya Siman, tepatnya di sekitaran SPBU. Jumlah warung remang di sana ada delapan. Paling banyak di Pasar Janti, Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan. Di pasar tersebut, terdapat 25 warung remang.
Kedok warung remang di kedua lokasi berbeda itu nyaris serupa. Dari depan tampak seperti warung kopi biasa. Namun, setelah melewati sekat ruangan, pengunjung dapat menjumpai bilik asmara yang ukurannya tidak lebih panjang tubuh orang dewasa ketika terlentang. Luasnya sekitar 2×1,5 meter.
Di bilik itulah pekerja seks komersial (PSK) melayani para pria hidung belang. Sekali masuk ke bilik, pelanggan dikenai tarif Rp 100 ribu. Ironisnya, kedua lokasi itu telah beroperasi puluhan tahun sejak 1990-an silam.
Pemerintah tidak menutup mata dan melakukan berbagai upaya. Kemarin (19/1), seluruh warga di Pasar Janti dikumpulkan di Balai Desa Ngrupit, Jenangan. Pemerintah desa (pemdes) setempat bersama lintas sektoral memberikan edukasi sebagai langkah awal menyampaikan rencana pemerintah merevitalisasi kawasan Pasar Janti.
Rencananya, lokasi itu bakal dikembalikan pada fungsi awalnya sebagai pasar. ‘’Sudah lama itu (prostitusi, Red) ada sebelum saya menjabat. Dulu full siang malam, ada perubahan siang saja,’’ kata Kades Ngrupit Suherwan.
Suherwan mengaku bahwa masyarakat turut resah dengan adanya praktik terselubung di desanya. Bahkan sudah lama pemuda desanya yang tergabung dalam karang taruna berkeinginan menutup lokasi prostitusi tersebut.
Karena itu, momentum musyawarah kemarin menjadi langkah awal untuk mewujudkan cita-cita warga desanya. ‘’Rencana dulu sama karang taruna ditutup. Segera eksekusi, ini rundingan sama yang menempati dijadikan tempat yang bersih,’’ ujarnya.
Rencananya, pemdes setempat bakal melakukan revitalisasi. Bangunan yang digunakan untuk warung remang saat ini bakal diratakan tanah. Kemudian dibangun toko menghadap selatan dan barat.
Dipastikan toko yang dibangun nantinya tidak dilengkapi kamar atau bilik asmara. Selain itu, juga dilengkapi dengan fasilitas umum seperti musala. ‘’Ini dibongkar semua. Ada rest area, toko tidak ada kamar, pokoknya bersih. Ada musala juga,’’ tegas dia.
Seperti diketahui, di pasar itu juga digunakan oleh warga luar daerah. Terkait hal itu, Suherwan menegaskan bahwa Pasar Janti nantinya diprioritaskan untuk warga desa setempat.
Hal itu bertujuan untuk menggerakkan ekonomi lokal di desanya. ‘’Ada yang sudah puluhan tahun, tidak ada prioritas untuk luar daerah. Nanti diprioritaskan untuk untuk orang Ngrupit, jadi harus sejahtera dulu orang sini,’’ tukasnya.
Dia yakin langkah pemdes bersama warga setempat pemkab. Apalagi sebelum melangkah, pihaknya telah melakukan musyawarah bersama masyarakat, tokoh masyarakat (tomas), serta berbagai pihak terkait. Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan peraturan desa (perdes) terkait rencana revitalisasi Pasar Janti. ‘’Ini musyawarah sudah lengkap, ada tomas, perdes juga jelas,’’ pungkasnya. (kid/fin)
Seputar Warung Remang Pasar Janti
- 31 warung
- 2-3 perempuan di setiap warung
- Rp 100 ribu tarif sekali transaksi
- Buka mulai pukul 08.00-16.00
- Beroperasi sejak 1990-an
Para Penjaja Seks Berasal dari…
- Sragen
- Wonogiri
- Nganjuk
- Ponorogo
Seputar Bilik Asmara di Pasar Janti
- 2×1,5 meter ukuran luas
- Dibangun menggunakan sekat triplek berpintu
- Ada tikar yang dibuka untuk alas saat pengunjung masuk
- Lokasinya di balik meja kursi pengunjung