PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Nol kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Ponorogo mesti dipertahankan. Hal itu ditegaskan oleh Bupati Sugiri Sancoko, Jumat (20/5).
Sepulang dari Surabaya, Kang Giri -sapaan bupati- mengantongi delapan rekomendasi dari Pemprov Jatim. Pemkab diminta meningkatkan koordinasi dengan seluruh stakeholder. Menginstruksikan petugas kesehatan melakukan pembatasan lalin ternak dari daerah wabah.
Juga mencegah terjadinya panic buying yang berpotensi menimbulkan kelangkaan daging sapi di pasaran. Memperketat protokol pengendalian PMK. Mewaspadai sumber penularan, memperketat akses distribusi hewan. Serta rapat koordinasi pencegahan PMK secara intens. ‘’Jika ada ternak gejala klinis PMK, dispertahankan sigap mengecek,’’ tegasnya.
Terkait vaksin dan obat, sejauh ini masih menantikan jawaban lanjutan dari pemprov. Kang Giri menegaskan, Pasar Hewan Jetis tetap dibuka. Meski populasi sapi di sana kini turun hingga 30 persen imbas konsekuensi penutupan akses lalin ternak dari Magetan. ‘’Kalau ditutup ekonomi akan lumpuh, maka tetap dibuka dengan cara ketat. Sekaligus momentum meningkatkan potensi sapi lokal Ponorogo,’’ ujarnya.
PMK bukanlah jenis penyakit zoonosis. Artinya, tidak dapat menular ke manusia. Kendati demikian, tingkat penularan ke sesama hewan berkuku belah hingga 100 persen. ‘’Tidak perlu panik tapi tetap waspada. Jangan sampai Ponorogo yang bebas ini tersuspect,’’ imbaunya. (kid/fin)