25.2 C
Madiun
Thursday, March 30, 2023

Staf Presiden Turun Tangan Urai Polemik Reog

PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Tuntutan seniman agar reog masuk dalam prioritas pengajuan ke daftarintangible cultural heritage (ICH) direspons Kantor Staf Presiden (KSP). Kamis (21/4) lalu, Deputi II Abetnego Tarigan menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama Kemendikbudristek, Kemenko PMK, Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), dan Pemkab Ponorogo.

Pemerintah berupaya mencari titik temu perdebatan prioritas pengajuan warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia ke daftar ICH UNESCO. ‘’Apalagi isu terakhir sudah menyangkut soal kalah dan menang antara kesenian reog dan budaya jamu. KSP tidak ingin perdebatan ini berlarut, maka kami mengundang Bapak Ibu,’’ kata Abetnego saat membuka rakor sebagaimana dirilis laman resmi KSP.

Sekadar informasi, tahun ini Indonesia mengusulkan empat WBTB untuk diinskripsi ke UNESCO. Yakni, budaya sehat jamu, reog Ponorogo, warisan budaya tempat, dan tenun tradisional. Empat nominasi itu selanjutnya diperiksa Komite ICH UNESCO. Jika layak diinskripsi, maka Indonesia hanya diizinkan mengajukan satu dari empat nominasi. Kemendikbudristek memilih jamu sebagai prioritas usulan ke ICH UNESCO.

Baca Juga :  Ponorogo Punya Banyak Studio Alam

Hal itulah yang memantik reaksi publik di tanah air. ‘’Kemendikbudristek melalui Direktorat Perlindungan Kebudayaan sebaiknya melakukan pendalaman sebelum memutuskan WBTB yang akan diinskripsi oleh UNESCO. Agar ke depan tidak memunculkan keriuhan di masyarakat,’’ pesan Abetnego.

Abetnego mengingatkan bahwa penentuan itu sebaiknya didasarkan pada kajian strategis. Terutama dalam urgensi WBTB membutuhkan perlindungan mendesak. ‘’Perlu dikaji mana yang butuh perlindungan mendesak,’’ tegasnya.

Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Irina Dewi Wanti menyebut bahwa keputusan pemerintah memprioritaskan jamu masuk ke daftar ICH UNESCO belum final. Namun, dari hasil telaah, pemilihan jamu menurutnya adaptif dengan kondisi saat ini. ‘’Dunia sekarang sedang sakit akibat pandemi Covid-19. Lewat budaya jamu, Indonesia ingin menunjukkan bahwa kita punya pengetahuan tentang obat-obatan . Ini bukan hanya soal masa lalu, melainkan budaya ini terus digunakan masyarakat,’’ jelasnya. (kid/c1/fin/her)

PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun – Tuntutan seniman agar reog masuk dalam prioritas pengajuan ke daftarintangible cultural heritage (ICH) direspons Kantor Staf Presiden (KSP). Kamis (21/4) lalu, Deputi II Abetnego Tarigan menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama Kemendikbudristek, Kemenko PMK, Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), dan Pemkab Ponorogo.

Pemerintah berupaya mencari titik temu perdebatan prioritas pengajuan warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia ke daftar ICH UNESCO. ‘’Apalagi isu terakhir sudah menyangkut soal kalah dan menang antara kesenian reog dan budaya jamu. KSP tidak ingin perdebatan ini berlarut, maka kami mengundang Bapak Ibu,’’ kata Abetnego saat membuka rakor sebagaimana dirilis laman resmi KSP.

Sekadar informasi, tahun ini Indonesia mengusulkan empat WBTB untuk diinskripsi ke UNESCO. Yakni, budaya sehat jamu, reog Ponorogo, warisan budaya tempat, dan tenun tradisional. Empat nominasi itu selanjutnya diperiksa Komite ICH UNESCO. Jika layak diinskripsi, maka Indonesia hanya diizinkan mengajukan satu dari empat nominasi. Kemendikbudristek memilih jamu sebagai prioritas usulan ke ICH UNESCO.

Baca Juga :  Pendaftaran Seleksi PPPK Nakes Diperpanjang

Hal itulah yang memantik reaksi publik di tanah air. ‘’Kemendikbudristek melalui Direktorat Perlindungan Kebudayaan sebaiknya melakukan pendalaman sebelum memutuskan WBTB yang akan diinskripsi oleh UNESCO. Agar ke depan tidak memunculkan keriuhan di masyarakat,’’ pesan Abetnego.

Abetnego mengingatkan bahwa penentuan itu sebaiknya didasarkan pada kajian strategis. Terutama dalam urgensi WBTB membutuhkan perlindungan mendesak. ‘’Perlu dikaji mana yang butuh perlindungan mendesak,’’ tegasnya.

Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Irina Dewi Wanti menyebut bahwa keputusan pemerintah memprioritaskan jamu masuk ke daftar ICH UNESCO belum final. Namun, dari hasil telaah, pemilihan jamu menurutnya adaptif dengan kondisi saat ini. ‘’Dunia sekarang sedang sakit akibat pandemi Covid-19. Lewat budaya jamu, Indonesia ingin menunjukkan bahwa kita punya pengetahuan tentang obat-obatan . Ini bukan hanya soal masa lalu, melainkan budaya ini terus digunakan masyarakat,’’ jelasnya. (kid/c1/fin/her)

Most Read

Artikel Terbaru