29.9 C
Madiun
Sunday, May 28, 2023

Amankan Puluhan Kilo Ganja, Tersandera di Kampung Narkoba

Di balik tampilannya yang feminin, Aipda Dyah Nima Setyani masuk sepuluh besar dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Merpati Putih di Bogor tahun ini. Prestasi di luar profesinya sebagai abdi negara itu dibarengi segudang prestasi di dunia kerja. Dari mengamankan puluhan ganja, ribuan pil ekstasi, hingga pernah disandera di kampung narkoba ketika menggerebek gembong narkoba saat masih bertugas di Surabaya.

NUR WACHID, Ponorogo

WAKTU menunjukkan petang saat Aipda Dyah Nima Setyani mengejar tersangka pengedar narkoba. Arus lalu lintas di Jalan Bengawan, Surabaya, waktu itu cukup padat. Dia yang dibonceng rekannya harus ekstrahati-hati. Apalagi pengedar narkoba yang dikejarnya juga berboncengan dan cukup gesit mengendarai motornya. Begitu menyalip truk gandengan, motor Dyah langsung menukik di belakang motor pelaku. Spontan Dyah menendang motor kejarannya itu. Rupanya, si penjahat sigap menarik kaki Dyah hingga membuatnya tersungkur ke jalan.

Nukilan adegan mendebarkan itu dialami Dyah saat bertugas menggerebek rumah gembong narkoba di Ampel, Surabaya. Berpakaian preman, dia bersama lima petugas lainnya menggedor rumah gembong tersebut. Saat membekuk tersangka, rupanya warga setempat yang terkenal dengan kampung narkoba itu meneriaki maling. Membuat ratusan warga mengepung di luar rumah dan bersiap mengeroyok.

Dyah dan rekannya pun sampai tertahan di rumah itu hingga setengah hari. Sebelum datang petugas bantuan dari Brimob. ‘’Berisiko, tapi sudah menjadi kewajiban. Tentu perbekalan yang saya pelajari dari Merpati Putih sangat bermanfaat saat menghadapi situasi genting seperti itu,’’ kenang Aipda Dyah Nima Setyani, bhabinkamtibmas Kertosari Polsek Babadan Polres Ponorogo saat bertugas di Surabaya sejak 2000-2016 lalu.

Sebagai polwan, Dyah memiliki dua kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Menjadi polisi sekaligus ibu rumah tangga. Dia pun harus me-manage waktu latihan di perguruan Merpati Putih. Sejak pertama kali menjalani dinasnya di Surabaya, dia kepincut dengan bela diri tersebut. Pun, bela diri itu mengantarkannya meraih prestasi. Tercatat dia pernah tampil diundang di acara HUT Bhayangkari di Mabes Polri 2001 lalu. Untuk memamerkan gerakan bela diri yang dikuasainya. Beberapa bulan lalu, dia masuk sepuluh besar Kejurnas Merpati Putih di Bogor. ‘’Dikenalkan sama senior dulu yang ada di Surabaya. Dari situ lama-kelamaan jadi suka, pengin mendalami,’’ lanjutnya.

Baca Juga :  Pasien Keluhkan Aturan Main Pembiayaan Perawatan DBD

Di masa awal latihan, Dyah sempat kesulitan mempelajari tenik dasar bela diri. Ada tiga teknik yang harus dikuasainya. Mulai olah napas, power, hingga getaran. Ketiganya merupakan teknik yang saling berkaitan. Pun, sebagai jalan menguasai ketiga teknik tersebut, Dyah harus melalui meditasi. Dari meditasi itulah dia mendapatkan ketenangan dan mahir mengontrol emosi. ‘’Saat tenang, kita bisa olah napas. Dengan sendirinya power itu muncul. Dan getaran itu dapat dirasakan meskipun mata kita tertutup. Terutama saat menghadapi musuh atau lawan,’’ ujar istri Aiptu Bambang Fajar S. itu.

Perjalanan panjang menekuni dunia bela diri tidak berjalan mulus. Beberapa kali dirinya dibekap cedera. Mulai cedera pergelangan tangan saat tampil di Mabes Polri sampai cedera lutut saat latihan. Biasanya ibu tiga putra itu latihan pada malam Senin dan Kamis. Tidak tanggung-tanggung, latihan yang dimulai pukul 21.00 itu paling cepat kelar pukul 00.00 dini hari. Setiap dua hari dalam sepekan itu pun dia rajin puasa. Rutinitas itu ditelateninya mulai tingkat dasar I, II, balik I, II, hingga naik tingkat ke kombinasi I yang diperolehnya Juli lalu. ‘’Bela diri mengajarkan hidup semeleh. Bahwa kita yang berasal dari tanah ini suatu saat akan kembali dan menyatu dengan tanah,’’ ucap bintara remaja angkatan 1998/1999 itu. *** (c1/fin)

 

 

Di balik tampilannya yang feminin, Aipda Dyah Nima Setyani masuk sepuluh besar dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Merpati Putih di Bogor tahun ini. Prestasi di luar profesinya sebagai abdi negara itu dibarengi segudang prestasi di dunia kerja. Dari mengamankan puluhan ganja, ribuan pil ekstasi, hingga pernah disandera di kampung narkoba ketika menggerebek gembong narkoba saat masih bertugas di Surabaya.

NUR WACHID, Ponorogo

WAKTU menunjukkan petang saat Aipda Dyah Nima Setyani mengejar tersangka pengedar narkoba. Arus lalu lintas di Jalan Bengawan, Surabaya, waktu itu cukup padat. Dia yang dibonceng rekannya harus ekstrahati-hati. Apalagi pengedar narkoba yang dikejarnya juga berboncengan dan cukup gesit mengendarai motornya. Begitu menyalip truk gandengan, motor Dyah langsung menukik di belakang motor pelaku. Spontan Dyah menendang motor kejarannya itu. Rupanya, si penjahat sigap menarik kaki Dyah hingga membuatnya tersungkur ke jalan.

Nukilan adegan mendebarkan itu dialami Dyah saat bertugas menggerebek rumah gembong narkoba di Ampel, Surabaya. Berpakaian preman, dia bersama lima petugas lainnya menggedor rumah gembong tersebut. Saat membekuk tersangka, rupanya warga setempat yang terkenal dengan kampung narkoba itu meneriaki maling. Membuat ratusan warga mengepung di luar rumah dan bersiap mengeroyok.

Dyah dan rekannya pun sampai tertahan di rumah itu hingga setengah hari. Sebelum datang petugas bantuan dari Brimob. ‘’Berisiko, tapi sudah menjadi kewajiban. Tentu perbekalan yang saya pelajari dari Merpati Putih sangat bermanfaat saat menghadapi situasi genting seperti itu,’’ kenang Aipda Dyah Nima Setyani, bhabinkamtibmas Kertosari Polsek Babadan Polres Ponorogo saat bertugas di Surabaya sejak 2000-2016 lalu.

Sebagai polwan, Dyah memiliki dua kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Menjadi polisi sekaligus ibu rumah tangga. Dia pun harus me-manage waktu latihan di perguruan Merpati Putih. Sejak pertama kali menjalani dinasnya di Surabaya, dia kepincut dengan bela diri tersebut. Pun, bela diri itu mengantarkannya meraih prestasi. Tercatat dia pernah tampil diundang di acara HUT Bhayangkari di Mabes Polri 2001 lalu. Untuk memamerkan gerakan bela diri yang dikuasainya. Beberapa bulan lalu, dia masuk sepuluh besar Kejurnas Merpati Putih di Bogor. ‘’Dikenalkan sama senior dulu yang ada di Surabaya. Dari situ lama-kelamaan jadi suka, pengin mendalami,’’ lanjutnya.

Baca Juga :  Kasus Kematian Covid-19 Meningkat, Mobilitas Warga Ponorogo Diperketat

Di masa awal latihan, Dyah sempat kesulitan mempelajari tenik dasar bela diri. Ada tiga teknik yang harus dikuasainya. Mulai olah napas, power, hingga getaran. Ketiganya merupakan teknik yang saling berkaitan. Pun, sebagai jalan menguasai ketiga teknik tersebut, Dyah harus melalui meditasi. Dari meditasi itulah dia mendapatkan ketenangan dan mahir mengontrol emosi. ‘’Saat tenang, kita bisa olah napas. Dengan sendirinya power itu muncul. Dan getaran itu dapat dirasakan meskipun mata kita tertutup. Terutama saat menghadapi musuh atau lawan,’’ ujar istri Aiptu Bambang Fajar S. itu.

Perjalanan panjang menekuni dunia bela diri tidak berjalan mulus. Beberapa kali dirinya dibekap cedera. Mulai cedera pergelangan tangan saat tampil di Mabes Polri sampai cedera lutut saat latihan. Biasanya ibu tiga putra itu latihan pada malam Senin dan Kamis. Tidak tanggung-tanggung, latihan yang dimulai pukul 21.00 itu paling cepat kelar pukul 00.00 dini hari. Setiap dua hari dalam sepekan itu pun dia rajin puasa. Rutinitas itu ditelateninya mulai tingkat dasar I, II, balik I, II, hingga naik tingkat ke kombinasi I yang diperolehnya Juli lalu. ‘’Bela diri mengajarkan hidup semeleh. Bahwa kita yang berasal dari tanah ini suatu saat akan kembali dan menyatu dengan tanah,’’ ucap bintara remaja angkatan 1998/1999 itu. *** (c1/fin)

 

 

Most Read

Artikel Terbaru