NGAWI, Jawa Pos Radar Madiun – Dalam kaca mata akademisi, resesi tidak akan terlalu berpengaruh terhadap lapisan bawah. Asalkan pemerintah mampu meredam inflasi.
‘’Menekan harga bahan pokok,’’ kata Anggita Langgeng, dekan fakultas ekonomi dan bisnis Universitas PGRI Madiun (Unipma), Kamis (10/11).
Menurut Langgeng, dampak resesi lebih terasa ke sektor usaha multinasional. Juga, transaksi yang memakai kurs rupiah ke dolar atau mata uang asing. Efek bagi daerah eks Karesidenan Madiun terasa bila nantinya harga bahan pokok naik.
”Masyarakat tidak usah terlalu panik karena yang mungkin kena dampaknya sektor usaha besar,” ujarnya.
Langgeng meyakini pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) punya fondasi kuat untuk meredam resesi. Pun, berpengalaman dalam menghadapi guncangan ekonomi. Misalnya, krisis moneter 1998, inflasi ekonomi 2008, dan pandemi Covid-19. “Tidak perlu khawatir meski nanti ada perlambatan ekonomi,’’ ucapnya.
Bila terjadi resesi, pemerintah dinilai perlu membuat sejumlah strategi dan kebijakan. Antara lain, tidak menaikan harga bahan baku dan mengontrol harga pangan tetap stabil. Lalu, meredam inflasi akibat kenaikan harga minyak dunia dan memperkuat UMKM. ‘’Salah satu cara mengatasi inflasi dengan mempertahankan daya beli masyarakat,’’ tuturnya.
Dia menambahkan, pemerintah perlu mengawasi ketersediaan bahan pokok. Pengawasan rutin di gudang dan pasar itu demi mencegah kelangkaan barang. ‘’Yang terpenting psikologi masyarakat perlu dijaga agar tidak menimbulkan panic buying,’’ pungkasnya. (tr1/cor)