MADIUN, Jawa Pos Radar Madiun – Komunitas Historia van Madiun (HvM) memiliki kegiatan Blusukan Sejarah untuk memberikan gambaran peradaban masa lalu kepada para pencinta sejarah. Terbaru, agenda itu digelar di sekitar Kelurahan Demangan, Taman, Minggu (11/10).
Agenda blusukan itu diawali dari rumah di Jalan Setinggil. Sedikitnya 24 tamu dari sejumlah instansi dan masyarakat umum berkumpul bersiap mengikuti program Blusukan Sejarah yang diadakan komunitas Historia van Madiun (HvM) atau juga dikenal dengan sebutan Kompas Madya.
Setelah mendapatkan arahan, mereka mulai diajak menelusuri beberapa lokasi cagar budaya. Dimulai dari beberapa sudut halaman rumah tersebut yang merupakan kediaman lurah setempat di masa lampau. Bersamaan itu, seorang panitia memberikan penjelasan menggunakan pengeras suara. ‘’Jadi, mereka juga mendapatkan pengetahuan,’’ kata Ketua HvM Septian Dwita Kharisma.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke beberapa rumah warga yang di sekitarnya terdapat benda-benda bernilai sejarah. Mulai batu yoni, lumpang, pecahan keramik, batu altar untuk upacara, sumur tua, hingga makam Patih Gringsing.
‘’Lewat Blusukan Sejarah ini kami ingin membangun imajinasi masyarakat dalam melihat sejarah Kota Madiun. Meskipun penelusuran dari BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya, Red) Trowulan belum selesai, setidaknya dapat memberikan gambaran awal peradaban masa lalu di sini,’’ paparnya.
Patih Gringsing sendiri bukan sosok sembarangan. Tokoh tersebut konon meninggal dalam peperangan melawan Belanda. Petilasan Patih Gringsing berada di Kutho Miring, Demangan, tidak jauh dari Kerajaan Wonorejo yang kini menjadi kompleks makam Kuncen. ‘’Dulu Patih Gringsing menjaga benteng paling depan Keraton Kranggan yang merupakan ibu kota Madiun kala itu,’’ ujar Yanus Indar Puguh Susetyo, anggota komunitas HvM.
Patih Gringsing yang sakti bersama pasukannya terlibat peperangan sengit melawan Belanda di Kaibon dan Te’an. Nama Te’an sendiri diambil dari kata entek-entekan (habis-habisan). ‘’Di hari pertama perang, banyak tentara Belanda yang tewas,’’ katanya.
Namun, pihak Belanda tidak kehabisan akal. Mereka mencari seseorang yang membocorkan kelemahan Patih Gringsing hingga akhirnya sang patih ditembak dengan peluru terbuat dari emas. ‘’Berdasarkan cerita, setelah seminggu peperangan seluruh pasukan mati, termasuk Patih Gringsing, walaupun sempat mencoba lari menyelamatkan diri dengan kudanya,’’ ujarnya. *(tr1/c1/isd)