Keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan semangat Salsabila Damayanti menempuh pendidikan setinggi mungkin. Berkat spiritnya agar bisa survive, warga Kelurahan Kelun, Kartoharjo, berhasil meraih sejumlah beasiswa.
———-
USAI mengikuti kegiatan perkuliahan di kampus, Salsabila Damayanti bukannya pulang. Melainkan bergegas menuju ruang dosen. Setelah menyiapkan sejumlah peranti dan berkas, perempuan 24 tahun itu lantas berjalan ke sebuah kelas untuk mengajar.
Aktivitas seperti itu menjadi rutinitas Salsabila sejak beberapa tahun lalu. Terhitung sejak semester III, dia dipercaya menjadi asisten dosen di kampusnya, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Pun, menjadi salah seorang lulusan terbaik dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,98 saat diwisuda pada 2021 lalu.
Salsabila merupakan alumnus SMAN 2 Kota Madiun. Setelah lulus, dia lolos masuk jurusan sosiologi Unair lewat jalur prestasi. ‘’Waktu mau kuliah sempat ragu juga karena saya bukan anak orang berada. Sementara, jika kuliah di luar kota pasti butuh banyak biaya,’’ kata warga Jalan Cahyo Indah, Kelurahan Kelun, Kartoharjo, itu.
Selama di perantauan, Salsabila harus berhemat. Pun, biasa memasak nasi sendiri. ‘’Dulu kalau kembali dari mudik sering bawa beras. Kebetulan orang tua jualan sembako di rumah. Masak nasi sendiri, sayurnya beli,’’ kenangnya.
Menginjak semester III, Salsabila mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan nonakademik. Mulai menjadi anggota badan eksekutif mahasiswa, tim pendamping provinsi dalam program Pengentasan Kerentanan Kemiskinan (PK2) Jalin Matra Jawa Timur.
Selain itu, aktif berburu program beasiswa. ‘’Waktu itu dapat dua beasiswa. Satu dari pemkot dan satunya lagi beasiswa unggulan Karya Salemba IV,’’ ungkapnya. ‘’Juga jadi asisten dosen,’’ imbuh Salsabila yang saat ini tengah menempuh pendidikan magister sosiologi di Unair. (mg4/isd)